Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari
Sementara untuk obligasi yang telah mencatatkan kinerja apik pada tahun disebut masih akan punya peluang yang menarik pada tahun 2021.
Director & Chief Investment Officer Fixed Income Manulife Aset Manajemen Indonesia Ezra Nazula meyakini, kebijakan moneter dan fiskal yang tetap akomodatif di pasar global dan domestik untuk mendukung proses pemulihan ekonomi.
Lalu, kembalinya aliran dana asing ke pasar negara berkembang untuk mencari imbal hasil di tengah rendahnya tingkat inflasi dan suku bunga bank sentral global. Selain itu, tren pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang masih akan berlanjut di 2021 karena kebijakan moneter dan fiskal AS yang tetap akomodatif.
Sementara dari dalam negeri, Ezra menilai fundamental rupiah tetap baik dengan inflasi rendah, adanya ruang penurunan suku bunga, dan arus dana asing yang mulai kembali masuk sehingga meningkatkan daya tarik obligasi Indonesia walau yield sudah turun di 2020.
Baca Juga: Indeks obligasi naik 14% tahun ini, cermati prospek untuk tahun depan
“Permintaan investor lokal untuk obligasi diperkirakan akan tetap suportif di 2021, karena likuiditas pasar yang masih melimpah sementara pertumbuhan kredit masih relatif rendah. Patut diperhatikan ketersediaan dan distribusi vaksin akan menjadi perhatian pasar yang dapat menjadi katalis bagi pasar, namun juga dapat menjadi faktor risiko,” tambah Ezra.
Lebih lanjut, Ezra menyebut obligasi Indonesia masih menawarkan tingkat real yield yang menarik di antara negara berkembang lain. Sebagai gambaran, real yield obligasi 10-tahun Indonesia saat ini di kisaran 4,6%, sementara Filipina -0,5% dan India -1,7%, yang menjadikan daya tarik tinggi bagi obligasi Indonesia.
Dengan dinamika global dan domestik tersebut, Ezra memproyeksikan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun dapat berpotensi turun ke level 5,5% – 6,0% di 2021, sehingga masih memberikan potensi upside bagi investasi di pasar obligasi,” tutur Ezra.