Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melewati cuti bersama, rupiah berpotensi melanjutkan tren penguatan. Rupiah pada penutupan terakhir (27/10), menguat 0,17% ke Rp 14.625 per dolar AS. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah tercatat naik ke Rp 14.690 per dolar AS atau menguat tipis 0,05%.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira memperkirakan rupiah masih akan berada dalam tren positif pada perdagangan Senin (2/11). Menurut Bhima, sentimen yang mendukung penguatan rupiah adalah sentimen fasilitas generalized system of preferences (GSP) dari AS tidak berubah. Artinya fasilitas keringanan bea masuk produk Indonesia ke AS tetap diberikan.
“Pernyataan ini disampaikan Office of US Trade Representatives pada Jumat lalu. Keputusan AS akan menjadi angin segar terhadap kinerja ekspor produk Indonesia yang sempat alami penurunan akibat resesi global dan pandemi,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, minggu (1/11).
Baca Juga: Indeks dolar AS masih perkasa, rupiah bisa melemah pada Senin (2/11)
Selain itu, berkembangnya isu boikot produk Prancis di berbagai negara mayoritas muslim akan menambah berat perbaikan ekonomi di Eropa. Sementara dari dalam negeri, Bhima menyebut perhatian pasar tertuju pada rilis beberapa data penting seperti PMI IHS Markit pada 2 November mendatang.
Dengan berbagai sentimen tersebut, Bhima melihat rupiah berpotensi menguat pada perdagangan besok. Rupiah diperkirakan akan diperdagangkan pada kisaran Rp 14.580 per dolar AS-Rp 14.600 per dolar AS.
Baca Juga: Kinerja apik, INDON bisa jadi pilihan investasi alternatif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News