Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpeluang mengawali perdagangan pekan ini dengan pelemahan. Tren penguatan dolar Amerika Serikat (AS) belakangan ini menjadi salah satu penyebabnya.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menerangkan, saat ini pelaku pasar justru memilih aset safe haven, khususnya dolar AS. Pasalnya, dengan tidak adanya stimulus yang hadir di pasar, kemudian ketidakpastian politik di AS akan menjadi sentimen pemberat buat asset berisiko. Dalam hal ini rupiah kemungkinan akan terkena imbasnya.
“Belum lagi, melonjaknya kasus virus corona secara global, yang memaksa beberapa negara di Eropa melakukan lockdown, seperti Jerman dan Perancis. Hal ini semakin meningkatkan kekhawatiran mengenai double dip recession,” kata Alwi kepada Kontan.co.id, Jumat (30/10).
Baca Juga: Kinerja apik, INDON bisa jadi pilihan investasi alternatif
Sementara dari dalam negeri, Alwi menyebut pada Senin (2/11) akan ada rilis data inflasi bulan Oktober, yang diperkirakan naik tipis ke kisaran 1,45%-1,5%. Selain itu terdapat juga data kepercayaan bisnis (Q2), yang diperkirakan turun menjadi 75 dari 102,90.
Dengan data yang bervariasi ini, pada akhirnya juga kurang mendukung sentimen rupiah. Menurut Alwi, selama belum ada berita positif mengenai perkembangan stimulus di akhir minggu, sentimen keseluruhan masih belum mendukung rupiah. Oleh karena itu dia memperkirakan rupiah akan melemah pada rentang Rp 14.600 per dolar AS-Rp 14.710 per dolar AS.
Rupiah pada penutupan terakhir (27/10), menguat 0,17% ke Rp 14.625 per dolar AS. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah tercatat naik ke Rp 14.690 per dolar AS atau menguat tipis 0,05%.
Baca Juga: Penurunan bursa global akan menekan IHSG di pekan depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News