Reporter: Auriga Agustina | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sektor pertambangan masih mengalami penurunan 4,67% secara month to date (mtd). Meski mengalami penurunan, beberapa emiten saham pertambangan masuk ke dalam return teringgi.
Seperti PT Super Energy Tbk (SURE) mengalami kenaikan 79,47%, PT Benekat Integra Tbk (BIPI) 24, 00%, PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) 10,42%, PT Samindo Resources Tbk (MYOH) 10,11%, PT Timah Tbk (TINS) 10,00%, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) 7,25%, PT Toba Bara Sejahtera Tbk (TOBA) 5,88%, PT Citatah Tbk (CTTH) 3,60%, PT Resource Alam Indonesia Tbk (KKGI) 2,20% dan PT Bayan Resources Tbk (BYAN) 0,77%.
Analis NH Korindo Firman Hidayat mengatakan, secara umum faktor utamanya saham- saham yang memiliki return tertinggi di tengah melemahnya sektor pertambangan adalah gencatan senjata perang dagang antara AS dan China selama 90 hari ke depan.
Memunculkan optimisme para Investor terhadap pertumbuhan ekonomi global. Fenomena window dressing di akhir tahun akan kembali terjadi.
Menurutnya dari top 10 return sektor pertambangan ANTM dan INCO akan terkena dampak positif dari gencatan senjata perang dagang. Pasalnya, dari sentiment tersebut nantinya yang terkena dampak positif adalah emiten baja dan alumunium.
“Oleh karena itu ANTM dan INCO sebagai emiten produsen nikel terbesar akan terkena dampak dari kenaikan harga nikel dunia efek berakhirnya perang dagang,” ujarnya.
Selain itu, masuknya ANTM dan INCO ke dalam return top 10 secara month to date memang dikarenakan faktor fundamental emiten ini yang membaik di kuartal ke III. Firman merekomendasikan buy ANTM dengan target harga Rp 1.200 untuk jangka panjang.
Untuk saham emiten BIPI, faktornya aksi korporasi mengakuisisi PT Sumber Energi Andalan Tbk (ITMA). Meski demikian, Firman menilai ini hanya euphoria sesaat sebab fundamental emiten ini dinilainya tidak mencerminkan kenaikannya, artinya BIPI berpotensi tertekan.
Memang jika melihat laporan keuangan BIPI pada kuartal ke III tahun ini, laba bersih BIPI merosot 45% atau senilai US$ 17,30 juta dari sebelumnya sebesar US$ 32,2 juta.
Sementara untuk TINS, sentimen menguatnya harga timah dunia sebagai imbas membaiknya hubungan AS dan China jadi faktornya. “Permintaan timah dunia akhir-akhir ini juga cukup tinggi dari industri smartphone,” ujarnya.
Aditya Perdana, analis Indovest Semesta Sekuritas menilai, meski masuk ke dalam return 10 TINS masih berpotensi tertekan. “Timah profitnya masih tidak berlanjut, belum ada earning surprise-nya juga,” katanya.
Namun berdasarkan pandangannya, penguatan saham-saham sektor pertambangan disebabkan dari segi fundamental finansial perusahaan. Contohnya seperti ANTM yang berhasil membalikkan rugi menjadi laba dan penjualan nikel yang bagus menarik Investor untuk melirik Antam. Asal tahu, penjualan fronikel Antam tercatat naik 49% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dia memprediksi ANTM berpotensi menguat hingga tahun depan karena tahun depan produksi ANTM terus ditingkatkan
Aditya turut memprediksi saham MYOH akan tetap mengalami penguatan. Menyusul rencana aksi korporasi mengakuisisi perusahaan tambang yang akan membuat pendapatan emiten tersebut juga ikut membaik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News