Reporter: Auriga Agustina | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar saham belum pulih dari penurunan meski mulai merangkak naik. Secara year to date (ytd), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 3,19%. Sedangkan indeks LQ45 merosot 8,66% pada periode yang sama.
Di tengah penurunan, sejumlah saham penghuni indeks LQ45 mampu mencetak kinerja positif. Jika dilihat lagi, kenaikan 10 besar saham return tertinggi LQ45 sejak awal tahun memiliki rentang yang jauh.
- INKP (113,43%)
- PTBA (62,60%)
- BBCA (20,21%)
- PGAS (18,86%)
- SMGR (17,68%)
- ANTM (13,60%)
- INCO (12,80%)
- ICBP (8,43%)
- ITMG (4,11%)
- ASII (2,71%)
Rata-rata saham yang menjadi jawara itu didukung kinerja fundamental yang solid. Contohnya saham Indah Kiat Pulp & Paper (INKP). Harga saham ini naik 113,4% sejak awal tahun (ytd). Nah, per kuartal III-2018, emiten kertas Grup Sinarmas ini mencetak kenaikan laba hampir 80% year on year menjadi US$ 516,17 juta.
Kepala Riset Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menyebut, keuntungan INKP konsisten tumbuh. Saham ini makin menarik karena harganya murah, setara price to earning ratio (PER) kurang dari 10 kali. "Prospek bisnisnya bagus, permintaan kertas meningkat," kata Alfred, kemarin.
Menurut Alfred, saham-saham LQ45 lain yang mencetak kinerja positif tahun ini, seperti Bukit Asam (PTBA), Vale Indonesia (INCO) dan Indo Tambangraya Megah (ITMG), juga terdongkrak laporan kinerja keuangan yang membaik. Bisnis komoditas meningkat seiring tren kenaikan harga batubara tahun ini. Sekadar informasi, indeks sektor tambang menguat 10,24% sejak awal tahun hingga kemarin.
Analis Phintacro Sekuritas Valdy Kurniawan sependapat, faktor fundamental menjadi pengerek harga saham-saham LQ45 yang sukses mencetak return positif tahun ini.
Dia merinci, delapan emiten berhasil membukukan pertumbuhan laba bersih per triwulan III-2018. Sedangkan, dua emiten lainnya, yaitu INCO dan Aneka Tambang (ANTM), berhasil membalik kerugian menjadi laba bersih pada kuartal III-2018.
Potensi naik
Menurut Valdy, saham-saham LQ45 jawara masih memiliki potensi kenaikan di sisa tahun ini, terutama saham sektor tambang. Pertimbangan dia, secara teknikal, di pertengahan tahun, saham-saham tambang sempat turun cukup dalam dan mulai rebound belakangan ini.
Sentimen global juga mendukung saham tambang. OPEC diperkirakan akan kembali membatasi volume produksi minyak, sehingga harga minyak berpeluang naik. Dus, harga gas dan batubara akan ikut terdongkrak. "Ini bagus terutama bagi ITMG dan PTBA," jelas Valdy.
Selain itu, saham Astra International (ASII) juga bisa naik lebih tinggi. Alasan Valdy, emiten ini mampu mempertahankan penguasaan pangsa pasar. Valdy merekomendasikan beli ASII, dengan target harga Rp 8.800 akhir tahun ini.
Frederik Rasali, Vice Presiden Research Artha Sekuritas juga melihat ASII berpotensi melanjutkan reli hingga tahun depan. Pertimbangan dia, ASII memiliki banyak anak usaha yang kinerjanya akan pulih tahun depan, "Salah satunya United Tractors (UNTR), jasa pertambangan bisa memberikan pertumbuhan kinerja yang baik," ujar Frederik.
Bisnis anak usaha sektor perkebunan, Astra Agro Lestari (AALI) juga berpeluang membaik tahun depan, dengan adanya kewajiban penerapan biodiesel B20. Tahun ini, emiten perkebunan tertekan penurunan harga CPO.
Sementara, Alfred menilai saham LQ45 yang masih memiliki potensi kenaikan harga tahun ini yaitu INKP. Dia beralasan, valuasi sahamnya masih cukup murah, setara PER 6 kali. Sedang PER IHSG sudah mencapai 15 kali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News