Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Hal ini membuat para pelaku pasar khawatir akan terpangkasnya margin dari beberapa emiten tersebut. Selain faktor meningkatnya harga bahan baku, emiten consumer goods juga dihadapkan dengan persaingan bisnis antarperusahaan sejenisnya yang cukup ketat, terutama dalam mempertahankan pangsa pasarnya.
Lebih lanjut, saat ini investor lebih cenderung melihat momentum ketika ingin melakukan pembelian saham. Misal, saat ada kabar mengenai digitalisasi bank-bank mini. Kemudian ketika terjadi lonjakan kasus Covid-19 dimana pelayanan kesehatan dan obat-obatan sangat dibutuhkan.
Hal ini membuat investor memburu beberapa saham-saham farmasi serta sejenisnya yang seperti PT Phapros Tbk (PEHA), PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Indofarma Tbk (INAF).
Saham PT Aneka Gas Industri Tbk (AGII) hingga saat ini juga masih menjadi salah satu emiten yang menarik investor untuk melakukan akumulasi beli karena kebutuhan akan gas oksigen yang masih meningkat akibat lonjakan kasus Covid-19 saat ini. Begitu juga dengan beberapa saham-saham rumah sakit yang secara jangka panjang tren nya masih cenderung meningkat.
Baca Juga: Indeks LQ45 turun 11,96% sejak awal tahun, SMC Composite justru naik 14,41%
“Saat ini investor lebih mencari emiten-emiten yang dapat memberikan pertumbuhan return yang cepat dengan momentum yang tepat,” terang Regina kepada Kontan.co.id, Senin (2/8).
Robertus menilai, saham BBNI dan PT Bank Tabungan Negara (BBTN) menjadi dua di antara saham penghuni Indeks LQ45 yang saat ini sudah turun dalam dan nilainya sudah di bawah book value.
Baca Juga: IHSG menguat 0,44% pada Senin (2/8), asing jual saham BBCA, BBRI, dan BMRI