kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,65   -6,71   -0.72%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham-Saham Layak Koleksi di Sektor Keuangan Non-Bank Masih Minim


Senin, 31 Oktober 2022 / 05:20 WIB
Saham-Saham Layak Koleksi di Sektor Keuangan Non-Bank Masih Minim


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten di industri keuangan nonbank terlihat bergairah karena masih mencetak laba dan tumbuh. Hal tersebut nyatanya tak serta-merta membuat sahamnya menarik dikoleksi.

Melihat kinerjanya, dari lima multifinance yang sudah merilis laporan keuangan kuartal ketiga, ada empat yang mencatatkan pertumbuhan laba. Adapun, emiten tersebut antara lain Clipan Finance (CFIN), BFI Finance (BFIN), Woori Finance (BPFI), WOM Finance (WOMF). Sedangkan laba Fuji Finance (FUJI) turun.

BFI Finance yang mencatat kenaikan laba hingga 64,5% secara tahunan menjadi Rp1,3 triliun mengatakan bahwa kenaikan tersebut ditopang oleh sektor riil yang kembali aktif bergerak ditambah pemerintah yang mampu menjaga kestabilan politik dan ekonomi.

“Namun, kami akan tetap menjalankan kelolaan manajemen risiko dengan kehati-hatian dan menjaga kualitas aset,” ujar Direktur Keuangan BFI Finance Sudjono.

Baca Juga: Strategi Kredit Digital Mengangkat Pembiayaan Kredit hingga Akhir Tahun

Direktur Utama Clipan Finance Harjanto Tjitohardjojo bilang kenaikan tipis laba 2% pada periode ini merupakan hasil dari pencadangan cukup besar dan investasi yang dilakukan pada semester pertama. 

Ke depan, meski tahun 2023 dinilai akan menjadi tantangan karena kemungkinan ada sedikit perlambatan ekonomi, Harjanto melihat penyaluran pembiayaan baru hingga Rp 8 triliun bisa tercapai di tahun itu.

Sementara itu, untuk emiten asuransi yang sudah merilis laporan keuangannya, ada tiga emiten asuransi yang mencatat pertumbuhan seperti Asuransi Bintang (ASBI), Lippo General Insurance (LPGI), dan Asuransi MAG (AMAG).

Selain itu, ada empat emiten yang masih memiliki kinerja negatif karena labanya turun. Emiten tersebut antara lain Asuransi Bina Dana Arta (ABDA), Asuransi Harta Aman Pratama (AHAP), Asuransi Dayin Mitra (ASDM) dan Asuransi Jasa Tania (ASJT).

Baca Juga: Kinerja Emiten Multifinance Terus Bertumbuh, Ini Perbandingan PBV Mereka

Adapun, Asuransi Bintang menjadi yang terbesar dalam mencatatkan pertumbuhannya. Sebab, perusahaan bisa membalikkan rugi Rp 3,31 miliar di periode sama tahun lalu menjadi untung Rp 5,36 miliar di sembilan bulan pertama tahun ini.

“Karena memang kuartal ketiga tahun lalu kami banyak melakukan cancelation/cleansing non paying policy,” ujar Presiden Direktur Asuransi Bintang Hastanto Sri Margi Widodo.

Meski saat ini mencatatkan pertumbuhan, Widodo memproyeksikan bakal banyak tantangan di kuartal terakhir hingga tahun depan. Dia memperkirakan, industri asuransi saat ini masih tertekan dengan pemburukan yang terjadi.

“Namun sekiranya license product PAYDI kami bisa segera keluar sebelum akhir tahun, akan sangat membantu melalui lini produk baru ini,” imbuh Widodo.

Baca Juga: Sepakat Ekonomi 2023 Menantang, Bankir Kompak Bisnis Tahun Depan Tetap Tumbuh

Dari sisi sahamnya, emiten multifinance yang sudah melaporkan kinerja hingga kuartal III-nya tadi, hanya ada tiga emiten multifinance yang mencatatkan pertumbuhan sepanjang tahun ini, misal LPGI yang naik 64,80%, WOMF yang naik 8,13% dan FUJI yang naik tipis 1,61%.

Sebaliknya, untuk emiten-emiten asuransi yang sudah melaporkan kinerja keuangannya justru kompak mengalami kenaikan harga dengan yang tertinggi ialah LPGI yang naik 116,33% sepanjang tahun.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji bilang bahwa saham-saham multifinance masih dibayangi beberapa tantangan terutama di fenomena November Rain yang biasanya  bulan itu kurang bersahabat bagi pasar saham tanah air.

“Pelaku pasar akan cenderung selektif dalam memilih investasinya, kalau di sektor keuangan ya lebih ke perbankan,” ujar Nafan.

Bukan tanpa sebab, kondisi tersebut dikarenakan saham-saham perbankan terutama yang berada di BUKU IV memiliki likuiditas yang memadai. Ditambah, multifinance lebih tertekan dari tren kenaikan suku bunga.

Baca Juga: Kinerja Moncer Emiten Tambang dan Perbankan Diproyeksi Berlanjut Hingga Akhir Tahun

Sependapat, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo mengatakan bahwa saham-saham sektor multifinance maupun asuransi memang minim yang menarik. Selain dari sahamnya yang tidak likuid, saham-saham sektor ini memiliki kapitalisasi yang kecil. 

“Menarik sih ada beberapa, sehingga perlu benar-benar selektif. Misal lihat yang likuiditasnya tinggi dan kapitalisasinya minimal Rp 1 triliun gitu,” ujarnya.

Selain itu, Praska bilang bahwa secara fundamental, saham multifinance berpeluang tertekan hingga beberapa waktu ke depan. Mengingat, suku bunga acuan menjadi salah satu sentimen yang bisa menurunkan permintaan kredit.

Sedikit berbeda, Praska melihat sektor asuransi tidak banyak memiliki tekanan dari kenaikan suku bunga seperti yang terjadi di multifinance. Menurutnya, yang menjadi tantangan emiten asuransi ini terkait penetrasinya. 

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Bank Pilihan, Mayoritas Valuasi Masih Murah

“Jadi bagaimana banyak nasabah yang membeli produk asuransi,” imbuh Praska.

Untuk rekomendasi, Nafan tak memberikan saham-sama apa saja yang menarik dikoleksi dari sektor ini. Sementara itu, Praska melihat untuk asuransi yang menarik dikoleksi adalah Panin Finansial (PNLF) dan Tugu Insurance (TUGU), sedangkan untuk multifinance ada BFIN, Adira Finance (ADMF), dan Indomobil Finance (IMJS).

Berbicara tentang PNLF, memang sahamnya sepanjang tahun ini telah tumbuh melesat hingga 286,63% sepanjang tahun ini. Hal itu juga sejalan dengan emiten multifinance milik Panin yaitu CFIN yang naik hingga 64,80%, menjadi salah satu multifinance yang mengalami kenaikan tertinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×