Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah musim rilis kinerja keuangan kuartal ketiga 2022, emiten perbankan unjuk gigi dengan meraih pertumbuhan laba bersih. Saham perbankan pun dinilai menarik dengan mayoritas valuasi yang masih murah.
Sebagai gambaran, sejumlah emiten bank berkapitalisasi pasar jumbo kompak membukukan kinerja cemerlang. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) misalnya, mampu meraih laba bersih senilai Rp 30,7 triliun, melesat 59,4% secara tahunan (YoY).
Tak kalah moncer, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencetak laba bersih Rp 28,95 triliun atau naik 24,8% secara YoY. Kinerja emiten big caps lainnya yakni PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) juga cemerlang.
Laba bersih bank pelat merah BBNI tersebut naik 76,76% secara YoY menjadi Rp 13,69 triliun. Tak kalah dari bank konvensional, bank syariah dan bank digital juga mampu meraup pertumbuhan laba.
Baca Juga: Sejumlah Emiten LQ45 Melaporkan Kinerja, Emiten Bank dan Tambang Memimpin
Contohnya PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang laba bersihnya naik 42% menjadi Rp 3,21 triliun. Kemudian PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang mampu membalikkan posisi dari rugi Rp 32,6 miliar menjadi laba bersih Rp 40,57 miliar per September 2022.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro membeberkan, secara historis kinerja sektor keuangan mencatatkan hasil yang positif saat terjadi tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) seperti pada tahun 2013 dan tahun 2018.
Catatan Infovesta, pada tahun 2013 kinerja sektor keuangan menguat 14%. Sedangkan pada tahun 2018 melonjak 22%. "Peluang kenaikan yang sama berpotensi akan terjadi pada saham perbankan saat periode kenaikan suku bunga acuan ini," terang Nico saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (30/10).
Faktor pendorong mayoritas bank bisa mengerek laba bersih antara lain karena kenaikan pendapatan bunga bersih atau net interest income setelah dikurangi beban bunga. "Prospek saham perbankan masih berpotensi meningkat hingga tahun depan di tengah ada bayang-bayang resesi global," imbuh Nico.
Baca Juga: Anomali Saham Bank Syariah, Kinerja Keuangan Mentereng, Harga Saham Melempem Semua
Sedangkan jika menilik performa harganya, Nico menyoroti 13 emiten bank yang harga sahamnya berkinerja hijau secara year to date (YtD). Mayoritasnya merupakan emiten dengan market cap jumbo disertai kinerja keuangan yang apik.
Dilihat secara fundamental, Nico mencatat dari 47 saham perbankan, 37 di antaranya masih memiliki valuasi murah. Valuasi saham ini dinilai dari rasio price to book value (PBV) emiten dibandingkan dengan rata-rata PBV industri perbankan.
"37 bank memiliki PBV di bawah rata-rata industrinya, sehingga mayoritas harga saham bank saat ini dikatakan masih murah," kata Nico.
Nico mencontohkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang memiliki PBV 2,41 kali, BMRI dengan PBV 2,13 kali, BBNI dengan PBV 1,29 kali, dan PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) yang memiliki PBV 1.28 kali. Keempatnya masih di bawah rata-rata PBV industri bank sebesar 3,41.
Baca Juga: Melorot Akhir Pekan Ini, Berikut Proyeksi IHSG Pekan Depan
Sementara itu, BBCA memiliki PBV di atas rata-rata industri. Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menghitung BBCA memiliki PBV 5,06 kali.
Meski begitu, Maximilianus mengingatkan bahwa pertumbuhan kredit dan kinerja yang apik membuat saham BBCA masih prospektif. Tak kalah dengan emiten big caps lain yang masih memiliki PBV di bawah 3x, yakni BBRI, BBNI dan BMRI.
Prospek saham dan kinerja emiten bank pun ditaksir masih cemerlang. Meski dibayangi resesi ekonomi, Maximilianus memprediksi fundamental Indonesia yang masih kuat bisa menghadapi ketidakpastian di pasar.
Dengan begitu, aktivitas ekonomi bisa terus bergerak dan transaksi perbankan tetap terjaga. "Bank-bank buku besar terus mencatatkan pertumbuhan kredit, tentu merupakan poin penting bagi bank-bank besar yang memang sudah memiliki segmented customer," imbuh Maximilianus.
Baca Juga: Indeks IDX Sharia Growth Meluncur Awal Pekan Depan
Rekomendasi Saham
Dilihat dari pergerakan harga sahamnya, CEO Edvisor.id Praska Putrantyo melihat saham bank yang naik signifikan sudah merefleksikan pertumbuhan kinerjanya pada tahun ini. Terutama bagi saham bank big caps.
Jika ingin mengoleksi, Praska menyarankan untuk menerapkan strategi buy on weakness. "Sentimen yang masih dominan ke depan terutama efek isu kenaikan suku bunga lanjutan dan tren inflasi yang masih tinggi," terang Praska.
Sebagai rekomendasi, Praska menjagokan BBNI dengan PBV yang masih relatif rendah dibandingkan peers sesama big caps. Praska menghitung, PBV BBNI sekitar 1,3x, dibandingkan saham big caps lain yang di atas 2x.
Di jajaran bank konvensional dengan kapitalisasi menengah, saham PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten Tbk (BJBR) bisa menjadi pilihan menarik.
Terutama saham BBTN dan BDMN dengan PBV di bawah 1x. Selanjutnya, untuk saham bank syariah, Praska menilai PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) dan PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS) sebagai alternatif pilihan yang menarik.
Baca Juga: Bank BNI (BBNI) Pidanakan Aksi Penyerangan Sistem Mobile Banking-nya ke Polda Jatim
Sedangkan untuk saham bank digital, Praska belum memberikan rekomendasi. Dia melihat adanya potensi bearish jangka menengah hingga panjang. "Saham bank digital masih dalam tren bearish," ujar Praska.
Sementara itu, Research Analyst Reliance Sekuritas Lukman Hakim memberikan rekomendasi hold untuk saham BBCA dan BBRI. Dengan target harga masing-masing berada di level Rp 9.250 dan Rp 4.760.
Selanjutnya, Lukman memberikan rekomendasi buy untuk saham BBTN dengan target PBV 1x. "Sehingga memiliki potensi kenaikan 31,6% dari harga saham BBTN saat ini," tandas Luman.
Adapun Maximilianus menjagokan tiga bank plat merah sebagai pilihan investasi. Yakni BBRI, BBNI dan BMRI dengan target harga masing-masing di level Rp 5.400, Rp 10.550, Rp 11.000.
Nico juga merekomendasikan saham bank dengan market caps besar sebagai pilihan investasi jangka panjang. Terutama bank dengan kinerja mumpuni dan rasio PBV yang masih di bawah rata-rata industri.
Sedangkan untuk jangka pendek, bisa mempertimbangkan buy saham PNBN dan ARTO. Lalu, hold saham BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI. Bagi yang belum punya, bisa pertimbangkan buy on weakness karena secara teknikal sedang memasuki area overbought.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News