Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Saham-saham lapis bawah, atau biasa disebut saham second and third liner mendominasi daftar saham yang masuk jajaran kenaikan tertinggi alias top gainers sepanjang tahun ini.
Melansir RTI, Jumat (22/12), saham PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU) menjadi saham dengan kenaikan tertinggi, yakni mencapai 560% sejak awal tahun alias secara year-to-date (YtD). Di posisi kedua, ada saham PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) dengan kenaikan hingga 403,16%.
Kemudian, ada saham PT Ulima Nitra Tbk (UNIQ) dengan upside 255,93%, dan di posisi keempat ada saham PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) dengan kenaikan 210,58%. Saham lapis bawah lainnya yang berhasil menjadi top gainers antara lain saham PT MD Pictures Tbk (FILM) dengan kenaikan 96,34%, saham PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dengan kenaikan 93,75%, dan PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) dengan kenaikan 71,29%.
Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni menilai, biasanya saham-saham lapis bawah bisa mencatatkan kenaikan yang signifikan karena adanya sentimen aksi korporasi (corporate action) terutama karena adanya merger dan akuisisi. Bisa juga, kenaikan harga saham yang signifikan disebabkan kinerja yang fantastis di luar kebiasaan dengan pertumbuhan yang mungkin bisa lebih dari dua kali lipat dari periode sebelumnya.
Baca Juga: IHSG Diproyeksikan Bisa Tembus ke Level 7.700 Tahun Depan
Menurut Agung, investor biasanya mulai berani mengambil posisi di saham-saham lapis bawah pada saat kondisi perekonomian, sentimen pasar, dan risk appetite (penerimaan akan risiko) investor cenderung terkonfirmasi membaik.
Meski demikian, Agung menilai saham-saham yang sudah tidak mencerminkan fundamental perusahaan atau bahkan dengan valuasi yang sudah tidak masuk akal seperti saham KAYU, PANI, ataupun SGER, belum bisa menjadi alternatif pilihan investasi tahun depan.
Sebagai gambaran, saat ini sejumlah saham top gainers diperdagangkan dengan valuasi yang premium. KAYU misalnya, diperdagangkan dengan price to earnings (P/E) ratio 253,34 kali sedangkan PANI diperdagangkan dengan PE ratio 220,80 kali.
“Namun investor bisa mencari saham-saham lapis bawah sebagai alternatif pilihan investasi jika fundamental perusahaan dan governance juga baik, dan tergolong undervalue,” kata Agung kepada Kontan.co.id, Jumat (22/12).
Baca Juga: IHSG Menguat 0,65% Dalam Sepekan, Intip Review di Pekan Ini
Saham-saham lapis bawah yang menurut Agung masih menarik untuk dicermati diantaranya PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), dengan bisnis turunan dari sektor Kesehatan. Kemudian, saham PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) sebagai salah satu bank digital, dan PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) sebagai salah satu pemain di sektor logistik.
Secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memperkirakan ada beberapa saham lapis bawah yang masih berpeluang menguat, di antaranya UNIQ, PANI, dan MAPA. Dia merekomendasikan trading buy untuk saham-saham ini.
Sudah menjadi rahasia umum di pasar modal bahwa saham-saham lapis bawah rentan digoreng oleh spekulan. Untuk menghindari terjebak di saham gorengan, Agung berpesan agar investor melakukan analisis yang mendalam terlebih dahulu sebelum memulai berinvestasi di saham lapis bawah.
“Dan yang tidak kalah penting adalah pada saat mulai berinvestasi terapkan disiplin dengan menentukan stop-loss,” sambung dia. Agung juga menekankan pentingnya berinvestasi pada saham yang model bisnisnya dipahami investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News