Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah saham melaju kencang hingga memimpin (leaders) di 11 sektor yang ada di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pendorong lonjakan harga dari saham top gainers ini bervariasi. Beberapa di antaranya bahkan merupakan saham yang baru listing di tahun 2023.
Tengok saja dua saham milik konglomerat terkaya Indonesia, Prajogo Pangestu, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Petrindo Jasa Kreasi Tbk (CUAN). BREN memimpin sektor infrastruktur usai harga sahamnya meroket 710,9% dibandingkan harga penawaran saat Initial Public Offering (IPO).
Sedangkan CUAN menjadi juara di sektor energi usai harganya meroket 2.990,9% ketimbang saat penawaran umum. Selain BREN dan CUAN, ada PT Era Digital Media Tbk (AWAN) yang merangsek menjadi top gainers di sektor teknologi dengan lonjakan harga 238% sejak IPO.
Kemudian ada PT Grahaprima Suksesmandiri Tbk (GTRA), saham baru yang memimpin sektor transportasi dan logistik dengan kenaikan harga 81,33%. Saham pendatang baru yang menjadi leader ada PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dengan lonjakan 346,9%.
Namun, di sektor barang baku, AMMN hanya menempati posisi runner up di bawah PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU). Sejak awal tahun 2023 (year to date/YtD), saham KAYU melaju 868%.
Baca Juga: Samuel Sekuritas Turunkan Target IHSG pada Akhir Tahun 2023, Ini Alasannya
Di sektor industri, PT Sumi Indo Kabel Tbk (IKBI) menjadi leader dengan kenaikan harga 130%. Sementara di sektor properti ada PT Fortune Mate Indonesia Tbk (FMII) yang harga sahamnya sudah terdongkrak 295% secara YtD.
Selanjutnya, PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) memimpin sektor keuangan. PT Silo International Hospitals Tbk (SILO) kampiun di sektor kesehatan, PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) juara sektor consumer non-cyclicals, dan PT Golden Flower Tbk (POLU) yang sementara ini masih mencetak kenaikan harga tertinggi sektor consumer cyclicals.
Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya memandang ekspektasi pasar dan rotasi sektor turut menjadi katalis penyulut lonjakan harga saham. Beberapa di antaranya menjadi buruan pelaku pasar hingga menyentuh auto rejection atas berjilid-jilid bahkan terkena suspensi dari BEI.
Harga saham yang melejit tinggi dalam waktu singkat ikut mengangkat valuasi menjadi tidak murah lagi.
"Ekspektasi pelaku pasar memang bisa membuat harga saham naik fantastis dan secara valuasi sudah tidak murah, apalagi dengan kenaikan ratusan persen kurang dari satu tahun," kata Cheril kepada Kontan.co.id, Minggu (19/11).
Pengamat pasar modal & Founder WH-Project William Hartanto sepakat, valuasi bisa menjadi mahal sejalan dengan penguatan harga yang signifikan. Tetapi, pelaku pasar bisa mengukur kembali tingkat kelayakan valuasi pada momentum rilis laporan keuangan seperti belakangan ini.
Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Senin (20/11) Berikut Ini
"Setiap rilis laporan keuangan itu akan menjadi kesempatan untuk mengkaji ulang apakah kenaikan harga saham tersebut seiring dengan kinerja emiten atau hanya spekulasi pelaku pasar," ungkap William.
Dia menekankan, lonjakan harga saham hingga menjadi top gainers punya katalis yang bervariasi. Termasuk euforia pasar dan daya tarik dari sisi investor atau grup bisnis besar di balik emiten. Seperti BREN dan CUAN dengan momentum yang sedang disandang oleh taipan Prajogo Pangestu.
Research Analyst Erdikha Elit Sekuritas Ika Baby Fransiska menambahkan, ada sejumlah saham juara yang pergerakan harganya sejalan dengan fundamental. Contohnya CFIN, WIIM, dan SILO yang mencetak kinerja moncer. Di samping saham peringkat pertama dengan kenaikan harga tertinggi, Ika juga mengamati jajaran top gainers dari sejumlah sektor.
Ika menyodorkan PT Tempo Scan Pasific Tbk (TSPC) sebagai runner up top gainers di sektor kesehatan, yang pergerakan sahamnya sejalan kenaikan performa keuangan. Dengan kategori serupa, di jajaran top gainers sektor consumer cyclicals ada PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA). Kemudian PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) di sektor keuangan.
Ika menilai, mayoritas saham-saham yang bertengger di jajaran top gainers sudah berada di atas harga wajarnya. Tapi, ada beberapa yang masih bergerak di dalam harga wajarnya terutama di sektor keuangan dan kesehatan. Ika pun merekomendasikan buy NISP, BNGA dan TSPC.
Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengamati sejumlah saham top gainers dari sisi teknikal dan mempertimbangkan volatilitas maupun volume transaksi. Herditya menyematkan rekomendasi speculative buy untuk BREN (support: Rp 5.950 dan resistance: Rp 6.350), CUAN (support: Rp 6.200 dan resistance: Rp 7.050), dan AWAN (support Rp 330 dan resistance: Rp 358).
Selanjutnya, Herditya menyarankan sell on strength saham KAYU mempertimbangkan support Rp 444 dan resistance Rp 496. Sedangkan William merekomendasikan sell on strength secara bertahap untuk saham BREN, CUAN, dan NISP. Sementara saham SILO masih layak koleksi.
William mengingatkan, untuk saham-saham yang sudah naik tinggi, bisa taking profit sebagian atau secara bertahap guna meminimalkan risiko pembalikkan tren harga. Cheril punya catatan serupa, untuk berhati-hati dan menyiapkan mitigasi risiko ketika kenaikan saham mulai berbalik arah.
Risiko akan semakin besar jika membeli saham top gainers di harga puncak. "Jika ada sentimen negatif kejutan dari global, maka investor cenderung profit taking pada saham-saham yang sudah naik tinggi & valuasi juga sudah premium," ujar Cheril.
Bagi saham yang masih mendapatkan dorongan dari sentimen sektoral, potensi kenaikan harga masih terbuka, meski risiko koreksi juga tinggi. Dari sentimen yang mengiringi pasar dan industri, Cheril melihat sektor barang baku, infrastruktur dan konsumen primer masih bisa moncer.
Baca Juga: Daya Beli Masyarakat Terdorong Pemilu, Cek Rekomendasi Saham Consumer dari Analis
Cheril pun menyodorkan saham AMMN [target harga: Rp 8.000 dan stoploss: Rp 7.200], BREN [target harga: Rp 6.950 dan stoploss: Rp 6.000] serta WIIM [target harga: Rp 3.800 dan stoploss: Rp 2.900] sebagai pertimbangan trading maupun investasi jangka panjang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News