Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pembangunan infrastruktur merupakan satu dari tiga prioritas belanja pemerintah pusat 2020. Adapun, dalam APBN 2020 pemerintah menetapkan anggaran infrastruktur mencapai Rp 419,2 triliun. Di mana sebanyak Rp 120,2 triliun berada di bawah anggaran Kementerian PUPR. Sedangkan berdasarkan pemetaan, terdapat 11 proyek dengan potensi nilai sebesar Rp 19,7 triliun yang bisa digarap menggunakan skema kerjasama swasta dan BUMN.
Analis Samuel Sekuritas Selvi Ocktaviani melihat, emiten BUMN Karya siap menyongsong proyek pemerintah di 2020 dengan adanya rencana divestasi aset yang berpotensi menambah arus kas dan meningkatkan laba perusahaan serta adanya penerimaan pembayaran yang lancar dari pemberi kerja.
“Ini membuat para emiten dapat menjaga rasio utang terhadap ekuitas di posisi yang sehat sehingga emiten bisa mendapatkan pembiayaan untuk ekspansi proyek baru,” ujar Selvi kepada Kontan.co.id, Senin (10/2). Pada tutup tahun 2019 Selvi melihat BUMN Karya bisa memiliki arus kas operasional yang positif.
Baca Juga: Portofolio Bisnis Bertambah, PT PP Incar Pendapatan Tahun Ini Naik 16% YoY
PT Waskita Karya Tbk (WSKT) telah berusaha memperbaiki gearing ratio pada penutupan tahun 2019. Senior Vice President Corporate Secretary Waskita Karya Shastia Hadiarti mengatakan, WSKT berhasil menerima arus kas sebesar Rp 44 triliun. Dari dana tersebut perusahaan berhasil melunasi pinjaman sebesar Rp 32,5 triliun sehingga pinjaman per akhir Desember 2019 sisa pinjaman turun dari Rp 86 triliun menjadi Rp 69 triliun.
“Sehingga gearing ratio Waskita per Desember 2019 berada pada level 2,3 kali,” jelas Shastia. Jumlah tersebut membaik dari posisi gearing ratio pada September 2019 sebesar 2,8 kali.
Baca Juga: Bursa Bergejolak, Ada Potensi Cuan dari Saham Oversold
Dengan kondisi tersebut, Waskita Karya menargetkan kontrak baru 2020 sebesar Rp 45 triliun–Rp 50 triliun. Waskita Karya juga menargetkan pendapatan usaha dan laba bersih tahun ini meningkat 15%-20%.
Perusahaan ini juga tercatat menganggarkan belanja modal sekitar Rp 18 triliun–Rp 20 triliun yang sebagian besar untuk menyelesaikan jalan tol. “Waskita melihat sektor usaha konstruksi akan kembali tumbuh dan yakin rencana pemindahan ibu kota Negara juga akan menjadi katalis penting bagi sektor konstruksi,” ujar dia.
PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) juga memprediksi arus kas operasional di akhir tahun 2019 bakal positif. Pasalnya per Desember 2019 WIKA menerima arus kas masuk sebesar Rp 10 triliun. Hal ini mendorong gearing ratio WIKA ditargetkan di bawah 1 kali dan debt to equity ratio (DER) perusahaan mencapai 2,2 kali.
“Untuk DER di kuartal III-2019 di angka 2,4 kali dari covenant 3,5 kali. Masih sangat sehat,” kata Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Mahendra Vijaya.
Sebelumnya, Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana juga menjelaskan pihaknya akan lebih berhati-hati dalam memilih proyek dengan skema turnkey. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga rasio keuangan tetap sehat.
Baca Juga: Catat! Megaproyek 35.000 MW Baru akan Kelar di 2029
Tahun ini Wijaya Karya hanya menganggarkan belanja modal sebesar Rp 11, 5 triliun. Kesiapan lain yang ditunjukkan perusahaan ini adalah target nilai kontrak baru yang naik 54% dari realisasi Rp 42,1 triliun menjadi Rp 65 triliun.
Sedangkan, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) menganggarkan belanja modal sebesar Rp 5,5 triliun di tahun ini dengan target nilai kontrak baru Rp 35 triliun. Jumlah tersebut naik 138,1% dari realisasi nilai kontrak 2019 yang sebesar Rp 14,5 triliun.
Sementara itu PT PP Tbk (PTPP) juga cukup optimistis dengan peluangnya di tahun ini. Emiten pelat merah ini bersiap menganggarkan belanja modal 2020 sebesar Rp 6,65 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk kebutuhan properti sebesar Rp 2,02 triliun, infrastruktur Rp 2,88 triliun, energi Rp 1,14 triliun dan peralatan konstruksi sebesar Rp 471 miliar.
Baca Juga: Wijaya Karya (WIKA) targetkan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung rampung 70% di 2020
PTPP mengungkapkan, pendanaan belanja modal berasal dari saldo laba ditahan, saldo rights issue, saldo penyertaan modal negara (PMN) dan obligasi. PTPP berencana menerbitkan obligasi senilai Rp 3,5 triliun.
PTPP juga tercatat akan melanjutkan divestasi Pelabuhan Kualatanjung, Tol Medan-Kualanamu-Tebingtinggi dan Tol Pandaan Malang. PTPP menargetkan setiap aset yang akan didivestasi minimal memiliki price to book value (PBV) 1,3 kali. Selain itu, PTPP menargetkan nilai kontrak baru sebesar Rp 40,3 triliun, naik dari capaian 2019 sebesar Rp 33,5 triliun.
Selvi merekomendasikan buy untuk ADHI dengan target harga Rp 1.800 per saham, WSKT dengan target harga Rp 1.750 per saham, WIKA dengan target harga Rp 2.600 per saham, dan PTPP dengan target harga Rp 2.100 per saham. Target harga tersebut berlaku hingga Desember 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News