kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saham-saham ini bisa dicermati seiring penguatan nilai tukar rupiah


Selasa, 10 November 2020 / 14:42 WIB
Saham-saham ini bisa dicermati seiring penguatan nilai tukar rupiah
ILUSTRASI. Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/10/2020). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah menguat di pasar spot pada Selasa (10/11) siang ini. Mengutip Bloomberg pada pukul 11.58 WIB, rupiah berada di level Rp 14.030 per dolar AS di pasar spot.

Sehingga rupiah menguat 0,25% dari penutupan perdagangan kemarin di level Rp 14.065 per dolar AS. Pada perdagangan Senin (9/11), rupiah ditutup menguat 145 poin atau 1,0% ke level level Rp 14.065 per dolar Amerika Serikat (AS). Menguatnya nilai tukar rupiah ini menjadi sentimen positif untuk emiten yang menggunakan dolar sebagai beban Harga Pokok Penjualan (HPP) atau importir.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengamati, saham-saham yang berbasis impor akan diuntungkan dengan menguatnya rupiah seperti PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

Baca Juga: Pendapatan meningkat, Darma Henwa (DEWA) sukses bukukan laba per semester I-2020

Selain itu, perusahaan-perusahaan yang memegang hutang dalam bentuk dollar juga akan mendapat angin segar dari menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, misalnya saja PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI). Jika melihat laporan keuangan semester pertama tahun ini, total liabilitas ASRI mencapai Rp 11,52 triliun, yang terdiri dari liabilitas jangka pendek Rp 3,64 triliun dan jangka panjang Rp 7,88 triliun.

“Dengan hutang yang lebih ringan tentu dapat memberikan efek positif untuk ASRI ditambah juga penjualan properti di kuartal tiga ini mulai terlihat adanya peningkatan,” katanya, ketika dihubungi Kontan, Selasa (10/11).

Chris melihat, prospek dari saham-saham tersebut ke depan masih cukup baik, ambil contoh ERAA dengan menguatnya rupiah kemungkinan akan membukukan kinerja yang lebih baik, terlebih penjualan ERAA yang meningkat sejak 2020 ini.

Mengutip laporan keuangan perusahaan, ERAA mengantongi penjualan Rp 23,17 triliun hingga kuartal III 2020. Realisasi ini turun 1,86% secara year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 23,61 triliun. Meski demikian, ERAA mencatat laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 295,12 miliar atau melesat 78,21% yoy dari sebelumnya Rp 165,6 miliar.

Baca Juga: Laba bersih Indocement (INTP) turun 5% di kuartal ketiga 2020

Selanjutnya, Chris menjelaskan, emiten produsen ban yakni GJTL pun terlihat cukup baik dengan harga karet yang kembali menguat dan penjualan mobil yang kembali meningkat, dengan demikian seharusnya berbanding lurus dengan peningkatan penjualan ban GJTL.

Untuk itu, Chris merekomendasikan buy saham-saham tersebut dengan target harga untuk GJTL Rp 640, ERAA dengan target Rp 2.200, dan ASRI dengan target Rp 220.

Sementara itu, emiten-emiten yang berbasis pada ekspor seperti emiten sektor tambang dan emiten lain yang menjual produknya ke luar negeri dengan pendapatan berbasis dolar akan tertekan dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) dan PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) menjadi contoh dari emiten yang dirugikan saat dollar melemah.

Meski demikian, sambung Chris, saham SRIL dengan harganya yang cenderung murah masih menarik untuk dikoleksi, saat ini PER SRIL tercatat 3,07 kali dengan PBV di 0,46 kali.

Baca Juga: Simak rekomendasi analis untuk saham emiten menara berikut ini

“Tetapi untuk WOOD dengan peningkatan yang cukup signifikan belakangan ini perlu kembali diperhatikan apakah kinerja WOOD memang menggambarkan adanya peningkatan, sehingga wait and see lebih dulu untuk WOOD,” ungkap Chris.

Pada perdagangan hari ini saham WOOD terpantau stagnan, namun memang sudah melesat hingga 26,90% dalam satu bulan terakhir ke harga Rp 500 per saham.

Selanjutnya: Saham big caps berpotensi jadi incaran asing, simak rekomendasi analis berikut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×