Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Sementara FREN saat ini mencatatkan PER minus 22,91 kali, sebab FREN masih mencatatkan kerugian sebesar Rp 396,82 miliar di kuartal I-2021. Meskipun begitu, Valdy melihat prospek yang cukup baik pada saham FREN.
Pasalnya, meski masih membukukan bottom line negatif, kerugian tersebut telah turun signifikan sebesar 77,50% dibandingkan rugi Rp 1,77 triliun pada kuartal I-2020. "FREN berupaya terus memperbaiki kinerja keuangannya, salah satunya dengan mempercepat persiapan sarana dan prasarana untuk layanan 5G di Indonesia," ucap Valdy.
Upaya tersebut salah satunya dilakukan dengan mengakuisisi 20,5% saham PT Mora Telematika Indonesia (Moratelindo), melalui anak usahanya, PT Smart Telecom. Berdasarkan analisis teknikal, Valdy memperkirakan, target level FREN berada pada kisaran Rp 146-Rp 153 per saham, jika mampu menembus target level jangka pendek di Rp 133 per saham.
Analis Reliance Sekuritas Anissa Septiwijaya juga masih menjadikan TLKM dan EXCL sebagai saham-saham pilihannya. "Secara valuasi kedua saham tersebut masih murah dan memiliki posisi keuangan yang kuat," kata Anissa. Ia merekomendasikan buy TLKM dengan target harga Rp 4.030 per saham dan EXCL dengan target harga Rp 3.250.
Baca Juga: Harga nikel diprediksi solid hingga akhir tahun, simak rekomendasi saham berikut
Sementara untuk ISAT dan FREN dia belum merekomendasikannya. Akan tetapi, Anissa melihat prospek yang cukup bagus pada kedua saham tersebut.
Anissa menuturkan, katalis positif ISAT masih berasal dari rencana merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia. Meski negosiasi merger diperpanjang, diskusi antara kedua perusahaan cukup memberikan optimisme pada kinerja ISAT. Mengingat, 3 Indonesia juga merupakan salah satu pemain besar di industri operator seluler yang memiliki jumlah pelanggan yang cukup banyak sehingga aksi merger tersebut akan menguntungkan kedua pihak.
Sementara katalis positif FREN datang dari aksi korporasi bersama Moratelindo untuk menggarap bisnis telekomunikasi 5G di Indonesia. Menurut Anissa, meski kinerja fundamental kedua emiten ini masih cukup negatif, namun upaya agresif untuk meningkatkan kinerja melalui aksi-aksi korporasi membawa harga sahamnya naik cukup signifikan.
Baca Juga: IHSG menguat 1,13% pada Kamis (15/7), net buy asing mencapai Rp 555 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News