Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nikel menjadi salah satu komoditas yang harganya cukup mentereng tahun ini. Mengutip Bloomberg, harga nikel di London Metal Exchanges (LME) untuk kontrak perdagangan tiga bulan berada di level US$ 18.778 per metrik ton pada perdagangan Selasa (13/7). Harga ini sudah naik 13,03% dari harga akhir tahun 2020 di level US4 16.613 per ton.
Analis BRIDanareksa Sekuritas Stefanus Darmagiri menyebut, harga nikel yang melonjak baru-baru ini didorong oleh permintaan nikel yang kuat dan adanya kekhawatiran akan pasokan global, yang mengakibatkan penurunan persediaan di LME dan Shanghai Futures Exchange (SHFE). Persediaan gabungan nikel di LME dan SHFE turun 10,8% secara year-to-date (ytd).
Pemulihan ekonomi global akan mendorong permintaan nikel global untuk industri baja nirkarat (stainless steel) tahun ini. Permintaan yang kuat ini menyebabkan penurunan persediaan nikel global.
Sementara itu, Rusia akan menerapkan pajak ekspor nikel sebesar minimal 15%. Hal ini dapat mendukung harga nikel LME, mengingat Rusia menyumbang sekitar 10% dari pasokan nikel global.
Baca Juga: Simak prospek dan rekomendasi saham tambang mineral berikut
Harga nikel diyakini akan solid tahun ini yang diperkirakan naik 30,4% yoy sebesar US$ 18.000 per ton. Kenaikan harga nikel diharapkan dapat meningkatkan laba bersih perusahaan pertambangan nikel di bawah cakupan BRIDanareksa Sekuritas.
Di sisi lain, kenaikan harga minyak mentah akan berdampak negatif bagi emiten pertambangan nikel. Sebagai gambaran, biaya bahan bakar berkontribusi sekitar 18%-24% dari total biaya yang ditanggung PT Vale Indonesia Tbk (INCO) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada tahun lalu.
Analisis Stefanus, kenaikan harga minyak mentah sebesar 5% akan menurunkan laba bersih INCO dan ANTM masing-masing sebesar 3,1% dan 1,9% pada tahun ini. Sementara itu, jika dengan asumsi harga nikel lebih tinggi 5% dari perkiraan tahun ini yakni sebesar US$ 18.000 per ton, akan meningkatkan laba INCO dan ANTM sebesar masing-masing 15,9% dan 11,7%.
“Oleh karena itu, dampak dari harga nikel yang solid akan membantu emiten untuk mempertahankan profitabilitas di tengah kenaikan harga minyak,” terang Stefanus, Rabu (14/7).
Baca Juga: Simak deretan saham jagoan Mirae Asset Sekuritas pada semester kedua ini
BRIDanareksa Sekuritas mempertahankan rating overweight untuk sektor nikel. Stefanus menilai adanya prospek jangka panjang yang menarik terhadap komoditas nikel, yang didukung oleh pengembangan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV).
Top picks di sektor ini adalah saham INCO yakni rekomendasi beli dengan target harga Rp 6.300 dan beli saham ANTM dengan target harga Rp 3.200. Risiko utama dari kedua saham ini adalah harga nikel yang lebih rendah serta kenaikan harga minyak mentah.
Selanjutnya: Valuasi Mulai Murah, Saham Perbankan Bisa Dicermati
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News