Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham sejumlah perusahaan pembiayaan atau multifinance tercatat mengalami penurunan pada akhir perdagangan Senin (30/12/2024).
Secara year to date (YTD), saham PT BFI Finance Indonesia (BFIN) turun 18,88% menjadi Rp 945 per saham. Saham PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) terkoreksi lebih dalam sebesar 37,14% menjadi Rp 308 per saham.
Saham PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF) turun 9,63% menjadi Rp 9.850 per saham, sementara PT Buana Finance Tbk (BBLD) melemah tipis 0,76% menjadi Rp 650 per saham.
Baca Juga: Tahun Baru 2025, Simak Rekomendasi Saham INCO, AALI, PGAS untuk Kamis (2/1)
Saham PT Wahana Ottomittra Multiartha (WOMF) juga mengalami penurunan sebesar 4,35% menjadi Rp 352 per saham.
Miftahul Khaer, Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia menjelaskan bahwa emiten pembiayaan saat ini menghadapi tantangan berupa perlambatan daya beli masyarakat serta potensi kenaikan pajak kendaraan bermotor.
"Namun, peluang pertumbuhan tetap ada seiring meningkatnya permintaan pembiayaan di sektor otomotif, terutama jika daya beli masyarakat tetap stabil," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (1/1).
Strategi digitalisasi dan diversifikasi produk pembiayaan menjadi kunci bagi pemain multifinance untuk menjaga kinerja.
Khaer menilai saham multifinance masih menarik, terutama bagi investor yang berorientasi pada dividen.
Baca Juga: Simak Kinerja Emiten Properti dengan Aset Pendapatan Berulang di Tahun 2025
"Emiten multifinance cenderung konsisten membagikan keuntungan. Namun, bagi investor dengan fokus pada pertumbuhan, perlu lebih berhati-hati mengingat fluktuasi ekonomi," tambahnya.
Ia merekomendasikan saham dengan fundamental kuat dan valuasi menarik seperti BFIN dan ADMF.
Khaer juga mencatat bahwa kenaikan pajak kendaraan bermotor pada 2025 bisa mendorong peningkatan kredit, terutama untuk kendaraan roda dua yang lebih terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah.
"Perusahaan multifinance dapat memanfaatkan momentum ini dengan menawarkan skema pembiayaan yang lebih fleksibel," lanjutnya.
Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Perdagangan Awal 2025
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, sependapat bahwa kinerja emiten pembiayaan masih prospektif pada 2025.
"Penurunan tingkat suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) dapat menjadi katalis positif, meski peluangnya semakin kecil," ujarnya.
Insentif pemerintah juga akan mendukung kredit kendaraan bermotor, meskipun penjualan kendaraan bermotor masih lesu.
Dengan demikian, Nico hanya merekomendasikan buy pada saham BFIN dengan target harga Rp 1.100 per saham.
Sedangkan Khaer merekomendasikan untuk wait and see terhadap saham ADMF dengan target harga Rp 11.150 per saham.
Selanjutnya: Cek Rekomendasi Saham ARTO, BUKA, DEWA, dan PTBA Untuk Hari Pertama Tahun 2025
Menarik Dibaca: Sinopsis Drakor When The Stars Gossip yang Jadi Comeback Lee Min Ho
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News