kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham LQ45 Masih Bisa Mendatangkan Cuan di Tahun Ini


Senin, 17 Januari 2022 / 21:19 WIB
Saham LQ45 Masih Bisa Mendatangkan Cuan di Tahun Ini
ILUSTRASI. Saham penghuni indeks LQ45 diyakini masih berpotensi mendatangkan cuan.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham penghuni indeks LQ45 diyakini masih berpotensi mendatangkan cuan. Sejumlah analis memproyeksikan indeks LQ45 akan terus tumbuh di tahun ini sejalan dengan tren pemulihan ekonomi.

Founder & CEO Finvesol Consulting Fendi Susiyanto memperkirakan, indeks LQ45 sepanjang 2022 berpotensi naik 12%-17% dibandingkan tahun lalu. Ada sejumlah faktor yang mendorong keyakinan Fendi. Pertama, saham-saham yang menyusun indeks LQ45 rata-rata berasal dari saham blue chips dengan likuiditas yang relatif sehat dan kinerja yang solid.

Saham-saham pengisi LQ45 bergerak di sektor bisnis yang sudah mapan, tapi masih memiliki ruang yang lebar untuk terus bertumbuh. Mulai dari sektor perbankan, pertambangan, telekomunikasi, industri, konstruksi, properti, hingga sektor konsumsi.

"Emiten (anggota LQ45) pun secara individual masih berpeluang besar untuk mengalami apresiasi, sehingga indeks LQ45 pada 2022 potensial untuk bertumbuh. Kalau kami lihat potensi pertumbuhan antara 12%-17% dibandingkan tahun lalu," kata Fendi kepada Kontan.co.id, Senin (17/1).

Baca Juga: Masuknya Dana Asing Diproyeksikan Dapat Dorong Kinerja IHSG

Faktor kedua pendorong LQ45 adalah pertumbuhan ekonomi nasional maupun global pada 2022 diprediksi akan lebih on track melanjutkan fase pemulihan. Kondisi ini bakal menyediakan lingkungan yang lebih kondusif untuk mendongkrak kinerja emiten-emiten penghuni LQ45 yang secara korporasi sudah memiliki rekam jejak yang teruji.

Bukan berarti kinerja LQ45 bakal melaju tanpa hambatan. Setidaknya ada dua faktor yang diwaspadai oleh Fendi bisa menghambat laju LQ45. Yakni munculnya varian baru Covid-19 Omicron yang penyebarannya semakin tinggi, serta efek tingginya inflasi yang terjadi secara global.

"(Tingginya inflasi) ini membuat potensi kenaikan suku bunga akan cukup tinggi di 2022. Ini bisa jadi sedikit menghambat akselerasi dari pertumbuhan saham-saham LQ45," imbuh Fendi.

Merujuk pada RTI Business, indeks LQ45 per penutupan Senin (17/1) memerah, turun 4,93 poin atau 0,52% ke level 948,01. Secara year to date (ytd), LQ45 masih tercatat naik 0,50%.

Baca Juga: Simak Prospek Saham Sektor Barang Konsumsi Nonprimer yang Turun Sejak Awal Tahun

Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana menilai bahwa konsensus LQ45 secara umum bisa naik 10%-12%. Tapi dengan kondisi saat ini, masih terlalu dini untuk menentukan target yang bisa dicapai LQ45 pada 2022.

"Dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari 2021 oleh recovery ekonomi dan juga tingginya harga komoditas, maka secara pendapatan diharapkan rata-rata emiten LQ45 ada pertumbuhan 8%-10%," ujar Wawan.

Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, sejauh ini masuknya dana investor asing pasar saham dan penguatan harga komoditas masih menjadi sentimen positif. Namun, potensi kenaikan suku bunga The Fed pada tahun ini bisa menjadi sentimen negatif bagi LQ45.

Baca Juga: Kasus Omicron Terus Bertambah, Bagaimana Dampaknya ke Industri Otomotif?

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama juga meyakini bahwa kinerja saham LQ45 akan sejalan dengan pemulihan ekonomi yang berlangsung. Dari sisi korporasi, strategi dari manajemen dalam mengalokasikan belanja modal (capex) di tahun ini bisa menjadi bahan pertimbangan.

"Pelaku pasar juga dapat mencermati kinerja dari keuangan emiten untuk kuartal keempat yang dalam beberapa pekan lagi akan dijadwalkan rilis," ujar Okie.

Okie pun merekomendasikan saham-saham di sektor perbankan dan telekomunikasi, seperti BBCA dengan target harga Rp 9.150 per saham, BMRI dengan target harga Rp 8.150 per saham, BBRI dengan target harga Rp 4.460 per saham, TLKM dengan target harga Rp 4.650 per saham, dan EXCL dengan target harga Rp 3.390 per saham.

Baca Juga: Indeks Sektor Consumer Cylclical Memerah, Ini yang Jadi Pemberatnya

Senada, Fendi juga menjagokan saham LQ45 dari sektor perbankan. Meski begitu, saham-saham dari sektor pertambangan juga tak kalah menjanjikan. Sebab, pertumbuhan ekonomi akan sejalan dengan kenaikan kebutuhan komoditas energi seperti migas dan batubara maupun pertambangan mineral sebagai bahan baku industri.

Wawan juga melihat sektor keuangan masih menjadi pilihan utama di tengah pemulihan ekonomi. Saham BBCA dan BBRI menjadi pilihan utama. Selanjutnya ada ICBP di sektor consumer goods, lalu ADRO dan ITMG di sektor komoditas batubara.

"Di sisi lain sektor infrastruktur telekomunikasi seperti penyedia tower juga cukup defensif dan justru bila ada PPKM ketat diuntungkan. TOWR, TBIG, dan TLKM bisa dilirik," sebut Wawan. 

Sedangkan William merekomendasikan BBCA, BBNI, BMRI, dan TLKM. Juga peluang buy on weakness untuk saham CPIN, JPFA, MEDC, dan MDKA

Baca Juga: AKR Corporindo (AKRA) Targetkan Pertumbuhan Pendapatan Hingga 25% di Tahun Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×