Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang awal tahun 2020 hingga Jumat (10/1), harga saham mayoritas emiten rokok mencatatkan kenaikan.
Pada Jumat (10/1), saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) tercatat melesat 7,39% ke Rp 58.100 per saham, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) naik 6,07 ke Rp 2.270 per saham, dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM) tumbuh 3,61% ke Rp 172 per saham.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya berpendapat, lonjakan harga yang terjadi pada saham-saham perusahaan rokok baru-baru ini didorong oleh penerimaan cukai tahun 2019 yang melebihi ekspektasi.
Baca Juga: Penjualan eceran Desember 2019 diprediksi melemah, ini tanggapan APPBI
Pemerintah mencatat, realisasi penerimaan cukai tahun lalu mencapai Rp 172,3 triliun atau lebih tinggi 3,9% dari outlook yang sebesar Rp 165,8 triliun. Kemudian, penerimaan cukai hasil tembakau menyumbang 95,65%-nya.
Selanjutnya, penerimaan cukai yang melebihi ekspektasi ini dapat menjadi sentimen positif bagi perusahaan rokok. Pasalnya, ada harapan bahwa volume penjualan pada kuartal IV-2019 juga bakal terkerek.
Sebagai catatan, pada kuartal III-2019, volume penjualan rokok Indonesia turun 1,6% year on year (yoy) menjadi 79 miliar batang dari sebelumnya 80,3 miliar batang.
Akan tetapi, jika diakumulasi sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu, volume penjualan industri masih tumbuh sebesar 0,76% yoy menjadi 226,5 miliar batang.
Di samping itu, Christine juga menilai bahwa kenaikan harga saham-saham rokok ini didorong upaya pemerintah dalam mengurangi jumlah rokok ilegal.
"Kami juga percaya Indeks Keyakinan Konsumen pada Desember 2019 yang lebih dari ekspektasi juga mendukung laju harga," kata dia dalam riset yang dirilis, Rabu (8/1).
Baca Juga: Jadi Penggerak Indeks, Saham Emiten Rokok Tidak Lagi Tertekan Kenaikan Cukai
Sebagai informasi, hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Desember 2019 naik menjadi 126,4 dari bulan sebelumnya yang di level 124,2.
Untuk ke depannya, Analis RHB Sekuritas Indonesia Michael Wilson Setjoadi melihat, harga saham rokok dapat terus rally jika mendapat katalis positif.
Baca Juga: Simak rekomendasi 10 saham top losers Indeks Kompas100 sepanjang 2019
"Harga jual rokok naik terus dan harusnya margin tidak separah yang diekspektasi," ucap dia saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (9/1).
Terlebih lagi, menurut dia, valuasi saham-saham emiten rokok sudah tergolong murah akibat sentimen negatif berupa kenaikan tarif cukai yang ramai bergulir tahun lalu. Jadi, dengan katalis positif, saham-saham ini berpeluang untuk rebound. Per Jumat (10/1), price to earning ratio (PER) GGRM berada di 11,58x dan HMSP di 19,40x.
Christine juga melihat bahwa GGRM dan HMSP sama-sama telah menaikkan harga jual rata-rata atau avegare selling price (ASP) untuk produk-produk yang lebih murah. Menurut dia, hal ini dapat berdampak positif terhadap margin perusahaan rokok meski berpotensi menggerus volume penjualan.
Baca Juga: Harga saham emiten rokok kembali naik, ini penyebabnya menurut analis
Di sisi lain, ASP merek-merek andalan kedua perusahaan yang sudah memenuhi persyaratan harga jual eceran (HJE) yang baru, justru belum meningkat.
Sebut saja A Mild, A Platinum, dan Dji Sam Soe Super Premium milik HMSP dan GG International dan GG Surya milik GGRM. "Kami percaya bahwa kedua perusahaan secara hati-hati memelihara pangsa pasar masing-masing," kata dia.
Menurut dia, para pelaku pasar masih melihat realisasi volume penjualan rokok kuartal IV-2019 serta marginnya. Untuk itu, ia masih mempertahankan underweight untuk sektor rokok pada 2020.
Potensi upside ke sektor ini dapat terjadi jika volume penjualan pada tahun ini dapat lebih baik dari ekspektasi meskipun terjadi kenaikan ASP yang signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News