Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kontroversi reklamasi Teluk Jakarta terus menggelinding. Polemik antara Pemrov DKI Jakarta dan Badan Pertanahan Nasional (BPN) turut meredupkan prospek emiten pengembang kawasan reklamasi.
Pekan ini, beredar di publik sepucuk surat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kepada BPN yang meminta BPN mencabut hak guna bangunan (HGB) pulau reklamasi di Pulau C, D dan G. Rabu lalu (10/1), Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN Sofyan Djalil mengatakan, penerbitan sertifikat HGB untuk Pulau D sudah sesuai ketentuan. Penerbitan HGB mengacu surat Pemprov DKI.
Oleh karena itu, BPN menolak membatalkan HGB itu. Adapun untuk Pulau C dan G, Sofyan mengatakan BPN belum mengambil sikap.
Analis menilai sentimen ini bisa mempengaruhi pergerakan saham Agung Podomoro Land (APLN). Pasalnya, cucu usahanya, Muara Wisesa Samudra (MWS) adalah pengembang di Pulau G.
Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido melihat sentimen ini turut mempengaruhi saham APLN. Sebagai pengembang, APLN telah menanamkan investasi di proyek itu. "Nanti juga ada potensi penjualan di sana. Ketika haknya ditahan, itu akan merugikan bagi mereka," ujar dia, Rabu (10/1).
Jadi, wajar jika pelaku pasar cut loss maupun tidak masuk dulu ke saham APLN. Selain sentimen ini, Kevin juga melihat adanya potensi profit taking di saham APLN yang menyebabkan harganya sempat terkoreksi.
Pada Jumat (5/1) lalu, harga saham APLN sempat menyentuh Rp 234 per saham. Pada transaksi kemarin, harga APLN ditutup menyusut ke level Rp 220 per saham.
Manajemen APLN enggan berkomentar banyak. “Kami masih pelajari dulu. Mungkin nanti ada rapat internal,” ujar Indra Wijaya Antono, Wakil Presiden Direktur APLN.
Isu reklamasi juga merembet ke pengembang lain, yakni Pembangunan Jaya Ancol (PJAA) dan Intiland Development (DILD). PJAA adalah pengembang Pulau K, sementara DILD melalui anak usahanya, PT Taman Harapan Indah, mengembangkan Pulau H.
Harga PJAA dan DILD kemarin menyusut ke level terendah dalam setahun, masing-masing di posisi Rp 1.290 dan Rp 338 per saham.
Analis Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya menyarakan investor untuk hold saham-saham emiten terkait reklamasi. Investor sebaiknya wait and see sembari menunggu faktor-faktor yang mempengaruhi makin jelas.
Secara umum, William melihat saham reklamasi masih oke. "Kalau investasi jangka panjang seharusnya hold. Selama proyek lain masih jalan, itu berarti sahamnya masih oke,” tutur dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News