Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Noverius Laoli
Sehingga, laba bersih berpeluang tumbuh menjadi Rp 1,26 triliun dengan volume penjualan yang tumbuh 11% yoy dan harga jual rata?rata yang naik 9% yoy.
Selanjutnya, penambahan pabrik perseroan yang mulai beroperasi di Kalimantan Selatan berpotensi meningkatkan produksi. Menurutnya dengan adanya penambahan pabrik AALI dapat meningkatkan produksi hingga 700.000 ton per tahun.
Baca Juga: Penjualan Mobil Memang Turun, tapi Saham Astra (ASII) dinilai Masih Bullish
"Kami yakin AALI mampu mencatatkan pertumbuhan penjualan CPO untuk beberapa tahun ke depan," terangnya.
Menilik laporan keuangan AALI, sepanjang sembilan bulan pertama tahun lalu perusahaan mencatatkan pendapatan Rp 12,38 triliun. Minyak sawit mentah dan turunannya menjadi penyumbang terbesar pendapatan dengan total Rp 11,23 triliun.
Disisi lain, Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee merekomendasikan saham alternatif selain AALI. Hans merekomendasikan saham PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP) dengan target harga Rp 1.410.
Hingga kuartal III 2019 lalu, LSIP membukukan pendapatan mencapai Rp 2,58 triliun. Jumlah tersebut turun sekitar 10% dari Rp 2,87 triliun secara yoy. Dari bottom line atau laba bersih, LSIP mencatatkan laba bersih Rp 49,46 miliar.
Namun LSIP tidak berencana melakukan pencairan utang dalam beberapa tahun ke depan dan ini menjadikan perusahaan tersebut memiliki fundamental baik, yaitu cleanest balance sheet atau zero debt level.
Baca Juga: Jelang rilis penjualan kendaraan bermotor, IHSG berpeluang melemah
Sedangkan Analis Panin Sekuritas William Hartanto merekomendasikan saham PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dengan target harga Rp 590.