Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham sejumlah emiten batubara melorot, Rabu (2/2). Padahal, keran ekspor batubara dibuka. Mengutip pemberitaan Kontan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah membuka kembali ekspor batubara per 1 Februari 2022.
Izin ekspor diberikan untuk produsen batubara yang sudah memenuhi kewajiban memasok pasar lokal atau domestic market obligation (DMO) dan produsen batubara yang belum memenuhi kewajiban DMO dengan catatan membayar denda.
Sebagai pengingat, pada 1-31 Januari 2022, Kementerian ESDM melarang semua perusahaan batubara melakukan ekspor. Keputusan ini dilakukan untuk menjamin pasokan batubara pembangkit listrik.
Kendati keran ekspor telah dibuka, pergerakan mayoritas saham batubara justru memerah pada Rabu (2/2). ADRO misalnya, mengalami penurunan hingga 1,34% menjadi Rp 2.210 per saham. Ada juga INDY dan ITMG yang melorot masing-masing 1,44% dan 1,50% menjadi Rp 2.060 per saham dan Rp 21.325 per saham. Sementara itu, saham PTBA juga tertekan 1,40% menjadi Rp 2.810 per saham.
Baca Juga: Ekspor Batubara Kembali Dibuka, Ini Respons Pelaku Usaha
Analis Samuel Sekuritas Dessy Lapagu mencermati, pelemahan harga batubara tersebut lebih dipengaruhi oleh harga batubara global yang melemah. Adapun sentimen terkait larangan dan dibukanya kembali ekspor batubara dinilai sudah tercermin dalam pergerakan saham di pasar.
Di sisi lain, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Joshua Marcius menyebutkan, dibukanya kembali ekspor batubara yang masih bersyarat, seperti memenuhi ketentuan DMO dan bersedia membayar kompensasi atas kekurangan DMO 2021, tidak berdampak signifikan.
"Kebijakan ini kemungkinan belum memberikan dampak signifikan terhadap kekurangan batubara di pasar global. Terlebih lagi, sekarang masih ada potensi gelombang Covid-19 Omicron dan berpeluang mempengaruhi produktivitas perusahaan batubara karena pengurangan jumlah karyawan yang masuk," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (2/2).
Ia menambahkan, penurunan harga batubara beberapa hari ini juga berkontribusi memberatkan pergerakan harga. Walau memang, pelemahannya bersifat sementara atau merupakan koreksi dari tren bullish-nya.
Dessy pun mencermati, di tengah harga batubara yang diprediksi tidak setinggi tahun lalu, kinerja fundamental emiten-emiten batubara masih mampu bertumbuh sepanjang tahun 2022 ini.
Asal tahu saja, sebelumnya ia sempat mengungkapkan, ekspektasi harga batubara akan melandai dibawah level US$ 200/ton pada semester II tahun 2022. Asumsi tersebut didasarkan pada pemulihan pasokan yang diproyeksikan akan terjadi pada kuartal II 2022 mendatang. Akan tetapi Dessyy optimistis, harga saham masih akan bertahan di atas level US$ 100/ton.
Selain pergerakan harga, bisnis batubara juga akan dipengaruhi hilirisasi atau diversifikasi yang dilakukan oleh beberapa emiten. "Dapat menjadi katalis positif yang dipandang market sebagai strategi jangka panjang untuk meningkatkan earning-nya," ungkap Dessy kepada Kontan.co.id, Rabu (2/2).
Adapun saham-saham yang diunggulkan Dessy adalah PTBA dan HRUM. Keduanya direkomendasikan buy dengan target harga masing-masing Rp 3.500 per saham dan Rp 13.600 per saham.
Sementara itu, Joshua melihat pergerakan saham ITMG yang paling menarik ke depan. Saham ITMG telah menembus upper trendline atas dari pola symmetrical triangle pada tanggal 24 Januari 2022 dan sekarang masih bergerak di atas garis upper trendline-nya yang masih memberikan indikasi peluang penguatan harga.
"Rekomendasi untuk saham ITMG masih cenderung buy dengan resistance yang dapat dicapai pada resistance 1 area 23.000 dan resistance 2 pada area 24000 yang merupakan area gap yang belum ditutup, support saham ITMG terdapat pada area 19.700," kata Joshua.
Baca Juga: Ekspor Batubara Kembali Dibuka, Begini Strategi Bumi Resources (BUMI)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News