kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45899,52   0,77   0.09%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Blue Chips Terkerek Sejak Awal Tahun, Belum Terlambat untuk Masuk


Senin, 17 Januari 2022 / 06:25 WIB
Saham Blue Chips Terkerek Sejak Awal Tahun, Belum Terlambat untuk Masuk


Reporter: Kenia Intan | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham blue chips membukukan kenaikan harga sejak awal tahun. Ini tercermin dari indeks LQ45 dan IDX30, indeks dengan mayoritas konstituennya saham-saham blue chips, mencetak penguatan secara year to date (ytd).

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), LQ45 menguat hingga 2,31% ytd, sementara IDX30 terkerek 2,53% ytd. Penguatan yang dialami keduanya lebih tinggi dibanding Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 1,70% ytd. 

Kepala Riset NH Korindo Sekuritas Anggaraksa Arismunandar mencermati, penguatan saham-saham blue chips hingga melebihi pergerakan IHSG itu dipandang hal yang wajar. Mengingat di tahun lalu, pergerakan saham-saham blue chips cenderung tertinggal. 

"Jadi kami melihat masih cukup wajar ada aksi beli begitu di awal tahun ini," jelas Anggaraksa kepada Kontan.co.id, Jumat (14/1). Oleh karenanya, investor masih belum terlambat apabila tertarik terhadap saham-saham blue chips

Baca Juga: Simak Pandangan Pengamat Terkait Prospek Kinerja TOWR di Tahun Ini

Tidak jauh berbeda, Head of Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana mengungkapkan, kenaikan saham-saham blue chips masih di tahap awal saat ini. Sepengamatannya, IHSG tahun ini bisa bertumbuh hingga 10%, adapun saham-saham blue chips yang akan menjadi penopangnya. Adapun sejauh ini investor asing yang biasa mengincar saham-saham blue chips terlihat mencetak aksi beli bersih atawa net buy yang cukup besar. 

"Masih punya peluang mengalami penguatan lebih lanjut," kata Wawan kepada Kontan.co.id, Minggu (16/1). 

Apabila dilihat dari siklusya, sebenarnya penguatan saham-saham blue chips akan rally hingga bulan April. Mengingat pada bulan tersebut mulai dirilis laporan keuangan emiten. Setelahnya, pada pertengahan tahun blue chips cenderung terkoreksi dan menguat kembali di kuartal empat. Akan tetapi, siklus ini sebenarnya sangat bergantung pada banyak faktor  di antaranya pertumbuhan ekonomi dan kesehatan, khususnya terkait penyebaran virus Covid-19. Apalagi di luar negeri varian baru Covid-19, Omicron, mulai menjadi perhatian serius. 

Walau begitu, Wawan melihat saham-saham blue chips masih tetap atraktif untuk investasi jangka panjang. Kalaupun ingin memanfaatkan momentum, investor bisa profit taking di kisaran bulan April dan masuk kembali di kisaran bulan Agustus. 

Untuk jangka panjang, saham-saham perbankan dan barang konsumen akan menarik di tahun 2022. Ini tidak terlepas dari proyeksi perbaikan ekonomi. Selain itu, saham-saham defensif seperti telekomunikasi juga bisa dilirik. Menurutnya, walau mayoritas pasar optimistis dengan kondisi di tahun 2022, tidak ada yang benar-benar tahu kondisi ke depan. Adapun berkaca pada kondisi tahun 2020 dan tahun 2021, saham-saham telekomunikasi mampu bertahan, khususnya saham tower

Oleh karenanya, Wawan melihat saham TOWR dan TBIG masih menarik dengan target harga masing-masing Rp 1.200 per saham dan Rp 3.200 per saham. Adapun saham MTEL sebenarnya juga atraktif, akan tetapi kinerjanya belum mampu menyaingi dua saham tower sebelumnya. Oleh karena itu, Wawan cenderung melirik induknya, TLKM dengan target harga Rp 4.800 per saham. 

Baca Juga: IHSG Diprediksi Lanjut Menguat pada Senin (17/1), Saham Big Cap Potensial Jadi Mover

Sementara untuk saham perbankan,  BBCA dan BBRI paling menarik  dengan target harga Rp 8.200 per saham dan Rp 5.000 per saham. Saham ICBP juga bisa dilirik dengan target harga Rp 9.200. 

Selain itu, saham-saham batubara juga masih akan menarik. Ini tidak terlepas dari siklus penguatan harga batubara yang biasa terjadi setiap lima atau enam tahun. Saham-saham batubara yang berorientasi ekspor seperti ADRO dan ITMG pun  disarankan dengan target harga masing-masing Rp 2.500 per saham dan Rp 24.000 per saham.

Tidak jauh berbeda, Anggaraksa melihat saham-saham blue chips yang defensif bisa dilirik di tahun 2022. Selain kinerjanya yang cenderung tertinggal di tahun lalu, saham-saham tersebut relatif mampu bertahan menghadapi sentimen rencana kenaikan suku bunga.

Di sektor telekomunikasi, jagoannya ada TLKM dengan target harga Rp 4.900 per saham. Ia juga melihat sektor barang konsumen dengan pilihan saham ICBP yang memiliki target harga Rp 11.300 per saham. Adapun bicara kapitalisasi pasar jumbo atau big caps, saham-saham perbankan seperti BBNI dan BMRI paling menarik. Masing-masing  memiliki target harga Rp 9.000 per saham untuk BBNI dan Rp 8.600 per saham untuk BMRI. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×