Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten perbankan dan pertambangan masih mengisi klasemen saham Indeks LQ45 dengan price to earnings (PER) di bawah 15 kali. Saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) misalnya, memiliki PER sebesar 5,32 kali.
Adapula saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dengan PER 7,87 kali, saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dengan PER 8,76 kali, serta saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan PER 9,05 kali.
Baca Juga: Mirae Asset Sekuritas prediksi harga komoditas bakal kurang atraktif di pekan ini
Dari sektor perbankan, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memiliki price to earnings (PER) sebesar 11,7 kali, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) memiliki PER 7,2 kali, bahkan PER saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) hanya 4,99 kali.
Meski demikian, Analis Royal Investium Sekuritas Indonesia Wijen Pontus menilai, prospek emiten batubara masih berat tahun ini. Sebab, Wijen memperkirakan harga batubara baru akan pulih pada 2021. Apalagi, China saat ini menghadapi Covid-19 gelombang kedua sehingga membuat Negeri Panda tersebut membatalkan penerbangan dari dan ke Ibukota Beijing.
Pun begitu dengan emiten perbankan. Saat ini emiten perbankan menghadapi risiko naiknya kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) yang diakibatkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi. “Penyaluran kredit juga pasti turun,” ujar Wijen, Rabu (17/6).
Baca Juga: Valuasi saham perbankan blue chip saat ini murah tapi ada risikonya
Wijen lebih condong pada saham emiten telekomunikasi, seperti saham PT XL Axiata Tbk (EXCL), saham consumers good, serta farmasi. Saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF), saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), hingga PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) bisa dicermati investor saat ini.
Senada, Direktur Anugerah Mega Investama, Hans Kwee, mengatakan saham consumer goods bisa menjadi saham yang defensif di tengah pandemi yang belum usai. “Selain itu, saham yang kuat adalah saham yang diuntungkan dari adanya kasus Covid-19, bisa saham sektor kesehatan dan farmasi,” ujar Hans, Rabu (17/6).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News