Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbicara terkait bank milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), salah satu hal menarik dilihat adalah kinerja harga sahamnya. Maklum, bank-bank pelat merah ini masih menjadi primadona di kalangan investor.
Menang, mayoritas kinerja saham beberapa bank tersebut bisa terbilang mencatatkan pertumbuhan tinggi. Sebut saja, PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang sepanjang tahun ini saja tumbuh 25,19% year to date (YtD), bersaing dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang tumbuh 20,91%.
Jika ditarik ke belakang, pertumbuhan tersebut secara konsisten dicatatkan dalam beberapa tahun terakhir. Misal, BRIS mampu tumbuh 200,1% dalam tiga tahun terakhir, diikuti oleh BMRI yang tumbuh 128,57% dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) yang tumbuh 113,16%.
Menariknya, di saat saudara sesama bank BUMN mengalami pertumbuhan, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) tercatat memiliki kinerja harga saham yang konsisten mengalami koreksi, setidaknya dalam tiga tahun terakhir.
Baca Juga: Genjot Segmen Korporasi, Begini Rekomendasi Saham XL Axiata (EXCL)
Hingga penutupan perdagangan Rabu (27/9), harga saham BTN tercatat Rp 1.225 per saham. Itu mengalami koreksi 9,26% YtD atau selama tiga tahun terakhir mengalami koreksi sekitar 5,36%.
Direktur Utama Bank BTN Nixon LP Napitupulu menyadari bahwa kinerja saham dari BTN memang menjadi yang tertinggal dibandingkan himpunan bank negara (Himbara) lainnya. Alasannya, beberapa tahun terakhir ini BTN sedang melakukan proses transformasi.
Dalam hal ini, Nixon menyoroti jumlah restrukturisasi yang dilakukan oleh BTN dalam beberapa tahun ini cukup besar. Meskipun, saat ini jumlahnya sudah cukup berkurang hingga per Juni 2023 senilai Rp 54,31 triliun.
“Kami melihat transformasi itu baru sangat signifikan hasilnya di tahun depan. Mudah-mudahan tahun depan bisa benar-benar mengapresiasi kinerja kita,” ujar Nixon, saat ditemui Selasa (26/9).
Selain itu, Nixon bilang saat ini salah satu fokus kerja untuk mendongkrak fundamental BTN sendiri adalah transformasi digital. Di mana, ia menargetkan sampai akhir tahun bisa menyambungkan satu juta nasabahnya dalam aplikasi yang dimiliki.
“Kami juga punya proyek-proyek konsumer yang aksesnya cepat di aplikasi dan bisa mudah diproses oleh bank,” ujarnya.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus melihat sejatinya fundamental dari BTN tak berbeda jauh dengan bank Himbara lainnya. Sehingga, harga sahamnya bisa semakin terapresiasi.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Summarecon Agung (SMRA) dari Analis Berikut
Ia berpendapat koreksi saham BBTN yang terjadi dalam beberapa waktu belakangan lebih dikarenakan mereka paling berdampak dengan kenaikan suku bunga yang tinggi. Mengingat, BTN banyak fokus pada kredit sektor properti.
“Fundamentalnya masih baik, mereka itu juga sempat menyalurkan pembiayaan tabungan perumahan rakyat 2.165 unit, itu kan menjadi yang tertinggi di antara bank lainnya dan itu salah satu poin positif,” ujarnya.
Nico menilai ada beberapa hal yang perlu dilakukan BTN untuk meningkatkan kinerjanya. Pertama, perlu adanya diversifikasi bisnis sehingga tak terlalu mengandalkan satu sektor saja yaitu properti.
Selanjutnya, ia juga mengingatkan diversifikasi itu tidak perlu terlalu banyak. Ditambah, perlu berinovasi lebih besar lagi agar semakin menguatkan posisi BTN dengan pangsa pasar properti atau perumahan.