Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Iklim investasi tahun depan diperkirakan akan membaik, sejalan dengan perkiraan melandainya inflasi Amerika Serikat (AS) dan solidnya fundamental ekonomi Indonesia.
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan bahwa meskipun terdapat momentum Pemilu, iklim investasi masih akan positif. "Sejauh ini sentimennya positif karena dengan Pemilu banyak uang beredar di pasar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (22/9).
Reza menuturkan, terdapat beberapa sentimen yang masih ditunggu pasar terkait situasi tahun depan. Yakni, stabilitas politik dan kebijakan ekonomi yang diumumkan oleh pemerintah pasca Pemilu, serta kondisi ekonomi global.
Research Analyst Infovesta Kapital Advisori Arjun Ajwani juga melihat bahwa outlook pasar di 2024 akan lebih baik dari tahun ini. Sebab, inflasi AS diproyeksikan melandai ke 2,4% dan inflasi inti AS ke 2,7% sehingga mendorong The Fed menurunkan suku bunga.
Fed Funds Rate diproyeksikan berkisar 4,5%-4,75% di 2024. Sejalan, suku bunga Bank Indonesia (BI) juga berpotensi diturunkan sebanyak dua hingga tiga kali antara rentang 50 bps-75bps.
Baca Juga: Pasar Obligasi dan Rekasadana Dinilai Punya Outlook Positif pada Tahun 2024
Dengan proyeksi tersebut, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto berpendapat maka pasar juga akan bergerak positif.
"Kecuali memang ternyata dari global masih memberikan ketidakpastian yang tinggi bisa membuat pasar bergerak fluktuatif," tambahnya.
Sepanjang tahun ini, Ramdhan memproyeksikan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun berkisar 6%-6,5%. Sementara Infovesta memberikan target konservatif di level 6,51%. Sementara untuk baseline scenario, yield SUN di 6,3% dan untuk skenario optimistis yield SUN di level 6,07%.
"Untuk investor yang profil risiko lebih konservatif bisa menempatkan dana lebih ke pasar uang dan obligasi SBN atau korporasi yang rating tinggi seperti A ke atas," katanya.
Senada, Reza juga menyarankan investor dengan profil risiko konservatif bisa memilih reksadana pendapatan tetap atau obligasi untuk stabilitas pendapatan dan risiko yang lebih rendah.
"Pertimbangkan reksadana pasar uang atau deposito sebagai tempat aman untuk likuiditas tinggi dan lakukan diversifikasi dengan mempertimbangkan alokasi aset yang lebih tinggi ke instrumen pendapatan tetap," jelasnya.
Baca Juga: Minat Investor Terus Meningkat, Simak Gambaran Investasi Reksadana dari Bahana TCW
Sementara untuk investor agresif, bisa mempertimbangkan saham atau reksadana saham untuk potensi pertumbuhan yang lebih tinggi. Reza juga menyarankan menambahkan beberapa investasi berisiko seperti reksadana campuran atau sektor yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan meningkat.
"Tetap diversifikasi dengan mempertimbangkan alokasi yang lebih tinggi ke instrumen ekuitas, namun dengan memperhatikan risiko yang lebih tinggi," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News