Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Saham sektor pertambangan batubara masih layak diperhatikan. Belakangan ini, pergerakan saham di sektor tersebut kembali lincah, terdorong penguatan harga batubara. Di awal pekan ini, harga batubara kontrak pengiriman Agustus 2017 di ICE Futures Exchange kembali menguat 1,85% menjadi US$ 77 per ton dibanding sehari sebelumnya.
Mengekor penguatan harga batubara, indeks pertambangan sudah naik 39 poin ke level 1.395,39 dalam satu pekan terakhir. Penguatan itu terus berlanjut hingga perdagangan kemarin. Indeks sektor ini naik 0,81% di tengah pelemahan IHSG, Selasa (6/6).
Saham kontraktor batubara PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) bergerak paling menonjol, dengan kenaikan 75,49% sepanjang tahun ini. Kemarin, saham DOID masih melanjutkan kenaikan 2,87% menjadi Rp 895 per saham.
Sejumlah saham produsen batubara cukup konsisten bertengger di zona hijau. Misalnya saja saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO). Tak ketinggalan, PT United Tractors Tbk (UNTR) juga masih bergerak positif, dengan kenaikan harga 26,82% sepanjang tahun ini.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menilai, rally harga batubara global yang terjadi belakangan ini memanaskan lagi saham-saham sektor batubara. Kenaikan harga tersebut didorong sentimen dari China, yang segera memasuki musim dingin.
Datangnya musim dingin akan membuat sungai membeku. Akibatnya, pembangkit listrik tenaga air tak berfungsi. Sebagai alternatif, batubara menjadi solusinya. "Sehingga, permintaan batubara akan lebih meningkat," ujar Andy, Selasa (6/6).
Di sisi lain, kondisi cuaca di dalam negeri juga sedang cerah. Musim kemarau yang berlangsung sejak Juni akan memberi keuntungan untuk sektor pertambangan. Pasalnya, aktivitas penambangan menjadi lebih mudah. Hal ini akan membuat volume produksi meningkat, diikuti dengan stabilitas harga batubara.
"Cuaca cerah juga akan menguntungkan kontraktor jasa pertambangan," tulis Hariyanto Wijaya, analis RHB Sekuritas Indonesia dalam risetnya, kemarin. Sehingga, dalam jangka pendek, ia memperkirakan harga batubara akan naik signifikan.
Sepanjang 2014 hingga 2016 lalu, produsen batubara sudah menurunkan stripping ratio karena imbas pelemahan harga batubara. Dengan perbaikan harga komoditas, tahun ini emiten batubara mulai meningkatkan lagi target stripping ratio.
Harga lebih stabil
Dalam jangka panjang, Andy yakin prospek saham batubara tetap menarik. Apalagi, China masih berharap bisa mengurangi emisi sulfur dan nitrogen dioksida. Karena batubara China mengandung abu dan belerang tinggi, ia memperkirakan negeri Tirai Bambu ini akan mengimpor lebih banyak batubara dari Indonesia untuk dicampur dengan batubara produksi sendiri.
Selain itu, konversi utang menjadi saham yang dilakukan antara China Investment Corporation (CIC) dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menunjukkan minat China terhadap batubara BUMI yang lebih ramah lingkungan.
Menurut Andy, sejumlah sentimen tersebut akan membuat harga batubara lebih stabil, dengan kisaran harga rata-rata US$ 75 per ton sepanjang 2017. Karena itulah, Andy tetap memberi rekomendasi overweight di sektor ini.
Andy menjagokan saham ADRO. Selain karena fundamentalnya yang solid, batubara ADRO juga tergolong ramah lingkungan. Ia merekomendasikan buy ADRO dengan target harga Rp 2.425 per saham.
Sementara itu, Hariyanto merekomendasikan buy saham DOID, dengan target harga Rp 1.500. PTBA juga menjadi pilihannya dengan target harga Rp 17.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News