kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Saham bank jadi idola di antara emiten BUMN


Minggu, 03 Desember 2017 / 19:45 WIB
Saham bank jadi idola di antara emiten BUMN


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama sebelas bulan pertama di tahun 2017, rata-rata 17 emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatat kenaikan harga saham sebesar 0,37%.

Secara sektoral, rata-rata 4 emiten BUMN perbankan mencatat kenaikan harga saham 48,96%, sedangkan rata-rata 4 emiten konstruksi catat penurunan harga 79,33%.

Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, sejak awal tahun saham BUMN sektor perbankan memang mencuri perhatian pelaku pasar. Hal ini kemudian tergambar dari kenaikan harga saham yang terbilang tinggi hingga akhir November 2017. Tak hanya capital gain, menurut Riska emiten perbankan juga mencatat dividen payout ratio yang cukup tinggi.

Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) misalnya, yang pada perdagangan Kamis (30/11) ditutup di level Rp 3.200 per saham. Secara year to date (ytd) harga saham BBTN sudah alami kenaikan sebesar 83,91%.

“Memang kinerja emiten perbankan di tahun ini bagus. Laba mereka tinggi, dan pembagian dividen juga tinggi. Otomatis perbankan memang banyak disasar oleh investor dan manajer investasi,” ujar Riska, Kamis (30/11). Khusus bank BUMN, menurut Riska juga terbantu dengan pembiayaan infrastruktur pemerintah.

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee merinci beberapa faktor yang mendorong saham perbankan menjadi primadona di jajaran emiten BUMN. Pertama, Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bung acuan di tahun ini. Kedua, terjadi perbaikan non performing loan (NPL) dan pencadangan bank berkurang.

“Ketiga, kita lihat bahwa ekspansi kredit itu masih sekitar 8%, tapi bank mampu mempertahankan net interest margin (NIM) mereka. Didukung oleh BOPO yang turun, berarti bank melakukan efisiensi,” lanjut Hans.

Meski demikian, menurut Riska dividen yang tinggi tak menjamin adanya kenaikan harga saham yang tinggi. Pada emiten BUMN konstruksi contohnya. Meski tercatat dividen pay out ratio yang cukup besar, harga saham emiten ini masih mencatat penurunan.

Sebut saja PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang catat dividen pay out ratio sebesar 30,06% di 2016. Harga saham WSKT ytd Kamis (30/11) justru turun 17,25%.

Sebagaimana dijelaskan Hans, tahun ini konstruksi masih terkendala cashflow. Meski perolehan proyek oleh emiten konstruksi terbilang bagus, tapi pembayaran proyek agak lambat. Hal ini yang menurut Hans menyebabkan kinerja perusahaan konstruksi berat untuk naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×