Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Pemerintah akan memberlakukan aturan pengembangan berorientasi transit atau transit oriented development (TOD). Kebijakan ini tentu menjadi berkah bagi sejumlah emiten konstruksi pelat merah.
Saat ini, perusahaan BUMN mendominasi pengembangan TOD, terutama di wilayah ibukota dan sekitarnya. Aturan terkait TOD tengah digodok melalui Rancangan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Tentang TOD.
Salah satu poin aturan tersebut menyebutkan, pengelolaan kawasan TOD dapat dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten, kerjasama antara daerah atau kerjasama antara pemerintah dan badan usaha. Sejumlah emiten badan usaha milik negara (BUMN), seperti PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), memang mengembangkan properti di kawasan TOD.
ADHI menjajal TOD dengan menggarap proyek light rail transit (LRT) City. ADHI menggenjot pengembangan kawasan TOD di titik perhentian LRT Jabodetabek, bertajuk LRT City.
Emiten konstruksi BUMN ini sudah mulai mengembangkan empat kawasan LRT City. Di antaranya adalah LRT City Bekasi Timur-Eastern Green seluas 16,9 hektare (ha) dan Jaticempaka-Gateway Park 5,9 ha, bekerjasama dengan PT Urban Jakarta Propertindo.
ADHI juga mengembangkan kawasan Ciracas-Urban Signature 11,5 ha bekerjasama dengan Perum Pengangkutan Penumpang Djakarta (PPD) dan LRT City Royal Sentul seluas 14,8 ha.
Tak hanya ADHI, WIKA juga mulai mengembangkan proyek TOD lewat anak usahanya, PT Wika Realty. Perusahaan ini menyiapkan beberapa proyek baru. Namun, Wika Realty belum memastikan kapan proyek tersebut resmi diperkenalkan ke pasar, seperti dua kawasan TOD, yakni di Tegalluar Bandung dan Jalan MT Haryono Jakarta.
Analis First Asia Capital David Sutyanto menegaskan, properti di kawasan TOD menjadi salah satu produk yang bisa dibilang hot item, dengan lokasi cukup strategis. Hal ini tentu akan berdampak positif bagi emiten yang mengembangkan TOD.
Apalagi harga properti di wilayah TOD cukup mahal. "Pastinya akan menguntungkan emiten. Sebuah bisnis baru, lokasi premium. Ini merupakan vitamin bagi emiten," ungkap David.
Rekomendasi saham
Terkait dengan prospek bisnis properti yang tahun ini cenderung meredup, David mengemukakan, proyek TOD punya kelebihan, yakni lokasi yang cukup premium. Di masa mendatang, prospek kawasan TOD semakin bagus, sehingga pengembangnya ADHI bisa menikmati keuntungan dari TOD.
Boleh jadi, ADHI tidak memperoleh keuntungan banyak dari proyek MRT. Sebagai kompensasinya, emiten ini akan memperoleh keuntungan dari proyek TOD yang dikembangkan.
David merekomendasikan buy saham ADHI dan WIKA dengan target harga masing-masing senilai Rp 2.500 per saham.
Kepala Riset Erdikha Elit Sekuritas Wilson Sofan juga menilai, emiten konstruksi pelat merah cukup diuntungkan dengan aturan baru TOD nanti. Apalagi emiten BUMN sudah memiliki proyek di sekitar fasilitas transportasi massal, seperti MRT dan LRT. "Saat ini mereka juga perlu story untuk menstabilkan harga saham masing-masing," ungkap dia. Melalui anak usaha, Wilson melihat emiten BUMN mulai gencar membidik kawasan TOD, meski mereka juga masih memiliki tanggungan proyek.
Dalam jangka pendek, Wilson merekomendasikan hold untuk WIKA, ADHI dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan target masing-masing Rp 1.970 per saham, Rp 2.160 per saham serta Rp 1.940 per saham. Namun dalam jangka panjang, dia masih merekomendasikan buy untuk ketiga saham tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News