kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Emiten BUMN harus cari alternatif pendanaan baru


Senin, 09 Oktober 2017 / 06:11 WIB
Emiten BUMN harus cari alternatif pendanaan baru


Reporter: Riska Rahman | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Banyaknya kebutuhan dana untuk pembangunan infrastruktur membuat emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus mencari banyak cara untuk memperoleh pendanaan baru. Salah satu alternatif pendanaan yang telah digunakan ialah sekuritisasi aset.

Strategi ini telah dilakukan PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Selain sekuritisasi aset, Menteri BUMN Rini Soemarno juga mendorong emiten pelat merah lainnya untuk menerbitkan dana investasi real estat (DIRE). 

Rini antara lain mendorong PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) untuk menerbitkan DIRE dengan menjadikan gedung yang dimiliki BMRI sebagai aset dasar. Tapi, penerbitan DIRE masih menunggu sejumlah aturan. "Penerbitan DIRE masih terhambat karena ada peraturan perpajakan yang sedang diperbaiki," ujar Rini saat ditemui di Jakarta, Kamis (5/10) lalu. 

Tak ketinggalan, PT PP Tbk (PTPP) juga akan ikut mencari sumber pendanaan lain. Direktur Utama PTPP Tumiyana mengatakan, PTPP akan menerbitkan perpetual bonds senilai Rp 2 triliun pada November mendatang. 

Rini juga mendorong emiten BUMN mencari dana dari pasar global dengan menerbitkan Komodo Bond atau obligasi global berdenominasi rupiah. Yang sudah pasti akan menerbitkan Komodo Bond adalah JSMR dengan nilai US$ 200 juta dan WIKA dengan target emisi US$ 400 juta.

Analis Royal Investium Sekuritas Wijen Pontus mengatakan, berbagai instrumen investasi tersebut dapat mengurangi beban bunga bank emiten. Dengan menerbitkan obligasi atau sekuritisasi aset, emiten BUMN bisa memperbaiki arus kas, karena beban bunga instrumen ini lebih kecil ketimbang pinjaman bank. 

Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat menilai, pendanaan baru bisa membuat proyek infrastruktur juga bisa berjalan baik. Jadi, kinerja emiten BUMN bisa positif. Tapi, tetap saja masih ada risiko yang membayangi emiten BUMN. "Misal, jika ada proyek mangkrak, bisa saja terjadi emiten gagal bayar," kata dia. 

Wijen menilai, saham BUMN karya seperti PTPP, WIKA, WSKT, dan ADHI menarik untuk investasi jangka panjang. Tapi, Teguh menyarankan agar masuk ke saham sektor ini pada awal tahun depan, karena saat ini pergerakannya cenderung turun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×