kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.755   0,00   0,00%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Emiten BUMN ingin menjauh dari kerugian


Senin, 18 September 2017 / 08:05 WIB
Emiten BUMN ingin menjauh dari kerugian


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - Sebanyak 24 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih menoreh rapor merah alias merugi di semester I-2017. Beberapa di antaranya adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Empat emiten BUMN yang tercatat masih merugi di semester I-2017 adalah Aneka Tambang (ANTM), Krakatau Steel (KRAS), Garuda Indonesia (GIAA), dan Indofarma (INAF). Analis melihat, prospek kinerja emiten BUMN yang masih merugi bergantung pada sentimen dari industri masing-masing.

Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas Alfred Nainggolan bilang, prospek tiap emiten BUMN bergantung pada isu yang mempengaruhi industrinya. ANTM dan KRAS misalnya, bergantung pada harga komoditas.

Menurut Alfred, KRAS mulai memperlihatkan kemajuan sejak 2016. Hal ini didukung harga komoditas baja yang terus membaik. Sebelumnya, KONTAN mencatat, harga baja lembaran panas gulung (HRC) meningkat dari US$ 520 per ton pada Januari 2017 menjadi US$ 629 per ton pada akhir Juni 2017.

KRAS juga menjalankan strategi diversifikasi dengan baik. Porsi bisnis non baja terus dikerek. Contohnya, proyek Danau Cipasauran di Banten. KRAS melalui anak usahanya, PT Krakatau Tirta Industri, berencana menambah kapasitas danau dengan target total menjadi 2.600 liter air per detik. Saya optimistis dengan prospek kinerja KRAS tahun ini, cuma tantangan bisnisnya adalah masih besarnya paketan dari impor. Dengan adanya pengaturan baja ilegal dan impor baja, seharusnya 2017 ini bisa laba, kata Alfred, Jumat (15/9).

Begitu pula ANTM, dia menilai pergerakan harga emas dan nikel belakangan seharusnya berefek positif bagi ANTM. Akhir pekan lalu, harga emas di Commodity Exchange mencapai US$ 1.325,20 per ons troi.

GIAA meragukan

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekurias Kevin Juido juga melihat ANTM dan KRAS masih bisa membukukan kinerja lebih baik di akhir tahun nanti. Saya condong ke ANTM, harga emas lagi fluktuatif, jadi ANTM masih ada potensi naik, tutur dia.

Bagi investor, secara spekulasi Kevin masih bisa merekomendasikan buy dalam jangka pendek untuk ANTM dan KRAS. Target harga KRAS di support Rp 530 dan resistance Rp 595. Adapun target ANTM dalam jangka pendek di Rp 750 per saham.


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×