Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) tumbuh double digit, baik dari sisi pendapatan maupun laba bersih. AALI mencatatkan pendapatan sebesar Rp 12,5 triliun hingga September 2017 atau naik 30,3% secara year-on-year (yoy). Laba bersih emiten perkebunan ini naik 20,3% menjadi Rp 1,4 triliun.
Namun, secara kuartalan, pendapatan AALI turun 2,7% menjadi Rp 3,9 triliun pada periode Juli-September. Pada kuartal ketiga, laba bersih AALI justru melonjak 49,4% menjadi 362 miliar.
Frederick Daniel Tanggela, Analis PT Indo Premier Sekuritas mengatakan, kondisi di atas terjadi karena average selling price (ASP) atau harga rata-rata jual CPO naik.
Pada sembilan bulan pertama tahun ini, Astra Agro pun mencatatkan volume penjualan minyak sawit dan turunnya 1,26 juta ton atau naik 15% yoy. Dalam riset, 1 November 2017, Frederick memproyeksikan di akhir 2017 AALI bisa mencatatkan volume penjualan hingga 1,72 juta ton.
Analis Senior Henan Putihrai Sekuritas Yosua Zisokhi mengatakan, kinerja AALI pada kuartal III 2017 kembali ke kondisi normal setelah pada 2016 kinerja AALI sempat anjlok terimbas badai El Nino. "Kinerja AALI terlihat sangat membaik tapi ini hanya balik normal artinya belum tentu potensi kenaikan akan kembali terjadi di tahun depan," kata Yosua, Senin (13/11).
Namun, untuk tahun depan Yosua memprediksikan kinerja AALI positif. Faktor yang mendukung adalah secara historis jelang akhir tahun permintaan CPO akan meningkat mulai kuartal IV 2017 hingga kuartal I 2018.
Di periode ini, wilayah Eropa, Amerika, China, dan India memasuki musim dingin. "Negara yang memiliki stok minyak sayur dalam bentuk kedelai akan menipis dan mereka harus impor dari negara penghasil minyak lain termasuk CPO dari Indonesia," kata Yosua.
Potensi harga CPO yang meningkat akibat musim dingin seimbang dengan produksi yang dimiliki AALI. Yosua mengatakan secara historis produksi CPO di kuartal III dan IV lebih baik dari pada produksi pada kuartal I dan II.
Namun, kemampuan AALI untuk meningkatkan produksi CPO dari lahan baru atau organik terhambat dengan masih berlakunya moratorium pembukaan ladang sawit oleh pemerintah. "Kalau moratorium tidak dibuka, peluang AALI adalah dengan memaksimalkan produksi dari lahan yang sudah mereka punya, karena tidak bisa menambah lahan baru untuk ekspansi tahun berikutnya," kata Yosua.
Nyoman W Prabawa, analis BCA Sekuritas memprediksikan, produksi tandan buah segar AALI meningkat menjadi 5,6 juta ton tahun ini atau naik 14% yoy. Sedangkan volume penjualan CPO bisa naik 11,6% menjadi 1,1 ton.
"Pemulihan produksi di kuartal IV 2017 bisa meningkatkan kinerja dalam periode tersebut dan diharapkan AALI bisa menikmati periode puncak produksi ditambah dengan permintaan CPO dan turunannya yang lebih kuat jelang akhir tahun," kata Nyoman dalam riset 30 Oktober 2017.
Nyoman mengingatkan, CPO global diperkirakan akan terus menurun. Ini bisa menjadi risiko utama bagi margin operasional Astra Agro.
Yosua memprediksikan, pendapatan AALI tahun depan bisa tumbuh 8%-10% menjadi Rp 16,6 triliun dan laba bersih tumbuh 11% menjadi Rp 2,3 triliun. Prediksi tersebut dengan asumsi moratorium masih terjadi.
Dengan pertumbuhan lahan organik yang terbatas akibat moratorium dan harga CPO yang diperkirakan stabil, Yosua merekomendasikan buy saham AALI dengan target harga Rp 18.000 per saham.
Yosua memperkirakan, harga CPO tahun depan stabil karena sentimen negatif yang terjadi di 2017 seperti daya beli yang naik turun, pelarangan ekpor impor dari Eropa diprediksikan akan segera pulih dan harusnya gangguan pada harga CPO tidak banyak lagi. "Supply normal karena tidak ada El Nino lagi di tahun depan, kami perkirakan harga tidak terlalu jauh bergerak," kata Yosua.
Frederick merekomendasikan buy saham AALI dengan target harga Rp 18.500 per saham. Senada, Nyoman merekomendasikan buy dengan target harga Rp 18.000 per saham. Hari ini, harga saham AALI ditutup pada Rp 14.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News