kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rusia Hentikan Ekspor Minyak Mentah, Ini Efeknya ke Harga Minyak Dunia


Kamis, 29 Desember 2022 / 14:03 WIB
Rusia Hentikan Ekspor Minyak Mentah, Ini Efeknya ke Harga Minyak Dunia
ILUSTRASI. Rusia akan menghentikan ekspor minyak ke negara-negara yang telah memberlakukan batasan harga. REUTERS/Angus Mordant


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Rusia akan menghentikan ekspor minyak ke negara-negara yang telah memberlakukan batasan harga. Larangan ekspor minyak tersebut akan berlaku efektif pada 1 Februari 2023 selama 6 bulan ke negara-negara yang mematuhi batasan.

Pada Selasa (27/12), Presiden Putin menandatangani dekrit yang melarang pasokan minyak mentah dan produk minyak negara-negara yang mematuhi batasan.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo Kwok mengatakan, harga minyak mentah mendapat dukungan setelah Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak Jumat pekan lalu mengatakan bahwa Rusia dapat memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barel sampai 700.000 barel per hari. Pemangkasan produksi ini sebagai tanggapan atas embargo minyak sebagian Eropa atas impor minyak Rusia.

Baca Juga: Vladimir Putin Stop Ekspor Minyak, Bursa Teriak

Rusia telah mengancam akan membalas embargo minyak Eropa. Embargo tampaknya berdampak signifikan, karena total volume pengiriman minyak dari Rusia pada pertengahan Desember turun tajam hingga 54%. 

Menurut Sutopo, penandatanganan dekrit oleh Presiden Putin menjadi sebuah balasan atas embargo yang bisa mendongkrak harga minyak kembali ke atas.

Meskipun embargo minyak terjadi, Rusia tetap mendapatkan manfaat atas harga minyak, karena bisa jadi Rusia menjual minyak di bawah pihak ketiga. Dalam hal ini tentu saja India dan China menjadi pihak yang paling diuntungkan. 

“Ke depan, harga minyak khususnya West Texas Intermediate (WTI) kemungkinan masih tetap berada di atas US$ 70 per barel, di atas harga sanksi yakni US$ 60 per barel,” kata Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis (29/12).

Sementara itu, OPEC+ pada 4 Desember memutuskan untuk mempertahankan target produksi minyak mentah grup untuk Januari, sesuai dengan ekspektasi. Produksi minyak mentah OPEC pada November turun 1,05 juta barel per jam (bph), ke level terendah lima bulan di 28,79 juta bph.

Dalam faktor pendukung yang mendasari harga minyak mentah, pada 5 Desember 2022, Eropa mengembargo hampir semua impor minyak lintas laut dari Rusia. Selain itu, Jerman dan Polandia telah berjanji untuk menghentikan impor pipa minyak dari Rusia sekitar 500.000 barel per hari pada akhir tahun.

Baca Juga: Harga Minyak Masih Bisa Menguat, Efek Pembatasan Ekspor Rusia

Di sisi lain, menurut Sutopo, komoditas gas maupun batubara akan tetap mendapat manfaat dari  potensi kenaikan harga minyak. Namun, pelemahan prospek pertumbuhan global bisa menjadikan harga minyak tetap stabil di level saat ini. Hal ini terlihat dari OPEC+ yang tidak memangkas produksi sambil menunggu perkembangan harga.

Saat ini harga gas masih relatif tinggi, dimana pengurangan produksi gas Amerika Serikat (AS) karena pembekuan dari suhu dingin yang parah di wilayah selatan mendukung harga komoditas energi ini. Selain itu harga gas maupun batubara mendapat dukungan karena negara-negara Uni Eropa  menyetujui untuk memangkas permintaan gas dari Rusia sebesar 15% pada awal 2023.

Selain itu, Rusia baru-baru ini memangkas ekspor gas ke Eropa menjadi 20% dari kapasitas, memberikan tekanan pada  harga gas Eropa. Dus, batubara menjadi pilihan di tengah menguatnya harga minyak dan gas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×