Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Katalis positif belum berpihak pada nilai tukar rupiah. Tren pergerakan rupiah ekonom proyeksikan cenderung melemah selama pelaku pasar mengeskpektasikan The Fed hawkish.
Di pasar spot, Senin (12/4), rupiah melemah 0,21% ke Rp 14.595 per dolar Amerika Serikat (AS). Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan sentimen eksternal maupun internal kompak menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Rupiah cenderung tertekan karena, pertama, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) merevisi naik pertumbuhan ekonomi global dan AS. Sementara, pertumbuhan ekonomi Indonesia direvisi menurun dari 4,8% yoy menjadi 4,3% yoy di tahun ini. "Proyeksi IMF terhadap pertumbuhan ekonom Indonesia membatasi penguatan rupiah ke depan," kata Josua, Senin (12/4).
Kedua, di kuartal kedua merupakan musim pembagian dividen. Josua mengatakan permintaan dolar AS biasanya meningkat di musim pembagian dividen ini.
Baca Juga: Rupiah Jisdor melemah 0,35% ke Rp 14.631 per dolar AS pada Senin (12/4)
Ketiga, rupiah melemah karena dolar AS yang semakin menguat setelah data ekonomi AS di akhir pekan lalu naik. Tercatat, producer price index (PPI) AS naik 1% dari perkiraan dan data sebelumnya yang sebesar 0,5%.
Berkaca pada data ekonomi AS yang membaik tersebut, Josua mengatakan jika pelaku pasar masih terus mengeskpektasikan suku bunga AS akan naik, maka rupiah akan terus tertekan. Tidak dipungkiri, saat ini pelaku pasar masih mengeskpektasikan suku bunga AS akan naik seiring stimulus besar yang diberikan pemerintah AS. Apalagi dengan ditambah rencana stimulus infrastruktur AS.
Menurut Josua, faktor yang bisa meredam proyeksi suku bunga AS naik adalah jika negara lain kompak mencatat pertumbuhan ekonomi yang didukung dengan distribusi vaksin yang lancar. Sayangnya, Indonesia saat ini mengalami keterbatasan vaksin.
Baca Juga: Rupiah spot melemah 0,21% ke Rp 14.595 per dolar AS pada Senin (12/4)
Pelemaan rupiah paling dalam di sepanjang tahun ini berada di Rp 14.600 per dolar AS. Josua memproyeksikan jika sentimen yang menekan rupiah tidak kunjung reda maka rupiah berpotensi mengarah ke Rp 14.700 per dolar AS. "Terlemahnya, rupiah akan dijaga tidak lebih tinggi dari Rp 14.700 per dolar AS," kata Josua.
Namun, secara fundamental, Josua menilai rupiah harusnya berpotensi bergerak di bawah Rp 14.500 per dolar AS. "Level rupiah saat ini sudah undervalued," kata Josua. Di satu sisi, Josua berharap pada semester kedua 2021 distribusi vaksin akan segera lancar. "Percepatan distribusi vaksin jadi kunci utama untuk memacu pertumbuhan ekonomi," kata Josua.
Baca Juga: IHSG tumbang 2% ke 5.948 pada perdagangan Senin (12/5)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News