Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Optimisme yang dilayangkan The Fed lewat hasil FOMC jadi katalis utama yang mengganjal laju penguatan rupiah.
Di pasar spot, Kamis (4/5) posisi rupiah tergelincir 0,15% ke level Rp 13.328 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sejalan, di kurs tengah Bank Indonesia pun nilai tukar rupiah merosot 0,24% di level Rp 13.330 per dollar AS.
Sri Wahyudi, Research and Analyst PT Garuda Berjangka menjelaskan beban eksternal terutama yang datang dari AS jadi penyebab utama pelemahan rupiah. Optimisme The Fed akan kenaikan suku bunga yang bisa dilakukan Juni 2017 mendatang kembali menyuntikkan tenaga bagi dollar AS.
Efeknya mata uang yang berlawanan dengan dollar AS termasuk rupiah terhimpit pelemahan. “Kini pasar tertuju pada rilis data sektor tenaga kerja AS akhir pekan yang diduga pun akan tumbuh membaik jadi wajar dollar AS di atas angin,” kata Wahyudi.
Tidak berhenti di situ, pelaku pasar pun memilih mengumpulkan aset safe haven sembari menanti hasil pemilu Eropa putaran kedua pada 7 Mei 2017 esok.
Tentunya hal ini tidak menguntungkan bagi aset berisiko seperti rupiah. Rontoknya harga komoditas juga ikut membebani rupiah. “Sementara dalam negeri masih minim katalis terbaru karena pasar juga menanti rilis peringkat ekonomi dari S&P,” tambah Wahyudi.
Ia pun menduga peluang rupiah melemah masih terbuka lebar. yang diduga tumbuh serta tingkat upah yang membaik membuat dollar AS masih diunggulkan pasar. “Cenderung lemah dalam rentang sempit,” tebak Wahyudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News