kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.859   -119,00   -0,76%
  • IDX 7.478   -13,75   -0,18%
  • KOMPAS100 1.157   -1,90   -0,16%
  • LQ45 916   -3,66   -0,40%
  • ISSI 227   0,76   0,33%
  • IDX30 472   -2,98   -0,63%
  • IDXHIDIV20 569   -3,58   -0,62%
  • IDX80 133   -0,18   -0,13%
  • IDXV30 141   0,46   0,33%
  • IDXQ30 158   -0,66   -0,41%

Rupiah terdepresiasi, ini dampaknya ke emiten


Kamis, 22 Oktober 2015 / 19:44 WIB
Rupiah terdepresiasi, ini dampaknya ke emiten


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menguat tipis hari ini (22/10). Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, nilai tukar berada di posisi Rp 13.640. Angka tersebut menguat tipis dari Rp 13.696 dibanding hari sebelumnya.

Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan memperkirakan, nilai tukar rupiah akan tutup di kisaran Rp 13.600 sampai Rp 13.800 pada akhir tahun. Dengan ini, diasumsikan rata-rata nilai tukar sepanjang tahun adalah Rp 13.200 hingga Rp 13.400.

Seberapa menguat pun sampai akhir tahun, posisinya tetap melemah ketimbang akhir tahun lalu. Pada 2014, nilai tukar rupiah tutup di Rp 12.440. Sedangkan rata-rata nilai tukar sepanjang tahunnya berada di Rp 11.885.

Pelemahan nilai tukar ini dinilai Alfred menimbulkan rugi selisih kurs bagi emiten. Ia menyebut, ada dua jenis emiten yang akan tertekan karena depresiasi rupiah.

Pertama yakni emiten yang memiliki utang jumbo dalam denominasi dollar. Ia mencontohkan PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI). Sedangkan emiten yang telah melakukan lindung nilai atau hedging seperti PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) tak akan terlalu terbeban meski memeluk utang dollar jumbo.

Lalu kedua, Alfred bilang, emiten yang menggunakan bahan baku impor akan mengalami kenaikan biaya produksi. Contohnya adalah PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) banyak menggunakan bahan baku impor untuk Bogasari. Kemudian PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga mengalami hal serupa.

Sebelumnya, Direktur merangkap Sekretaris Perusahaan KLBF Vidjongtius mengungkapkan bahwa setiap pelemahan 10% nilai tukar rupiah membuat biaya produksi kesehatan meningkat 3,5%. Lalu Alfred menambahkan, sektor manufaktur industri jasa kimia seperti PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan PT Budi Starch & Sweetener Tbk (BUDI).

Selebihnya, ia melihat terdapat efek domino bagi sebagian besar emiten. Sebab pelemahan nilai tukar rupiah berimbas terhadap kenaikan inflasi.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×