Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah tembus Rp 15.600 per dolar Amerika Serikat (AS) pada siang ini. Jumat (21/10) pukul 12.15 WIB, kurs rupiah spot berada di Rp 15.619 per dolar AS, melemah 0,30% dari posisi kemarin dan 1,24% dalam sepekan.
Kurs rupiah pun tercatat melemah 9,51% sejak awal tahun. Rupiah berada di titik paling lemah dalam 2,5 tahun terakhir atau sejak April 2020.
Sementara yield surat utang negara (SUN) diperkirakan kembali naik saat suku bunga acuan meningkat. Siang ini, yield SUN seri FR0091 dengan tenor 10 tahun naik lagi ke 7,59%.
Besaran yield SUN acuan ini sudah naik 21% sejak awal tahun. Pada akhir 2021, yield SUN acuan masih berada di 6,27%.
Baca Juga: Yield US Treasury Naik, Ini Efeknya ke Reksadana Pendapatan Tetap
Sementara yield US Treasury tenor 10 tahun siang ini berada di 4,25%. Yield surat utang negara AS ini bahkan mencapai level tertinggi sejak Juni 2006.
Morgan Stanley menaikkan prediksi suku bunga akhir tren kenaikan BI rate menjadi 5,5% di akhir tahun. Artinya, Morgan Stanley memperkirakan masih ada kenaikan total 75 bps pada 7 day reverse repo rate.
"Bank Indonesia mengingkan inflasi mencapai target lebih cepat daripada estimasi dan untuk membatasi pelemahan nilai tukar terhadap dolar," kata Derrick Kam dan Jin Choi, analis Morgan Stanley dalam catatan yang dikutip Bloomberg.
Baca Juga: Rupiah Melemah Lagi ke Rp 15.598 per Dolar AS, Jumat (21/10) Pagi
Pelemahan nilai tukar rupiah ini sejalan dengan pergerakan hampir seluruh mata uang Asia. Menurut data Bloomberg, hanya peso Filipina yang pagi ini menguat terhadap the greenback.
Sementara yuan China (CNY) melemah paling dalam terhadap dolar AS. Pelemahan yuan disusul oleh baht, dolar Taiwan, won Korea, ringgit Malaysia, rupiah, dolar Singapura, yen, Jepang, dan dolar Hong Kong.
Sementara dolar kembali menunjukkan keperkasaan. Pagi ini, indeks dolar menguat ke 113,11 setelah kemarin sempat melemah tipis. Indeks yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama ini cenderung stabil dalam sepekan.
Baca Juga: Redam Gejolak Ekonomi, BI Maksimalkan Bauran Kebijakan Moneter
"BI relatif tertinggi dalam menaikkan suku bunga jika dibandingkan dengan bank-bank sentral negara lain dan kami yakin pekerjaan BI jauh dari selesai," ungkap Nicholas Mapa, ekonom senior ING dalam catatan yang dikutip Bloomberg.
ING memperkirakan kenaikan lanjutan suku bunga untuk menahan pelemahan dan stabilitas nilai tukar rupiah dari penghindaran risiko di pasar serta laju inflasi yang meningkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News