Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rupiah lebih tangguh menjelang tutup tahun ini. Sejumlah stimulus ekonomi pemerintah mulai berdampak positif pada mata uang Garuda.
Selasa (22/12), di pasar spot, rupiah menguat 1% ke level Rp 13.671 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga mencatat, rupiah terapresiasi 1,85% ke Rp 13.615 per dollar AS.
Ekonom Bank Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, penguatan pupiah di pasar spot juga diikuti penguatan posisi derivatif non-deliverable forward (NDF). "Ini menjadi sinyal aksi konversi dollar AS ke rupiah, terutama oleh eksportir yang memiliki dana dollar AS di luar negeri," ujarnya, Selasa (22/12).
Menurutnya, eksportir melakukan konversi saat prospek penguatan rupiah kembali terlihat seiring dampak normalisasi kebijakan moneter yang telah mereda. Selain itu, penguatan juga dampak dari aksi konsisten pemerintah untuk memberikan stimulus fiskal.
Paket stimulus jilid VIII berupa kebijakan satu peta nasional dan ketahanan energi dipandang positif pelaku pasar. "Sehingga, rupiah yang masih undervalue menjadi menguat," kata Myrdal.
Itu sebabnya, ia menduga, hari ini (23/12), rupiah masih berpotensi menguat ke Rp 13.418-Rp 13.623 per dollar AS. Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistianingsih masih melihat peluang rupiah menguat, sebab permintaan masih cukup besar.
Hari ini, pergerakan rupiah diprediksi antara Rp 13.600-Rp 13.700 per dollar AS. Namun, analis Bank Mandiri Rully Wisnu menduga, rupiah akan bergerak stabil dengan kecenderungan melemah di Rp 13.550-Rp 13.775 per dollar AS.
"Sebab dollar bakal lebih kuat, jika PDB (product domestic bruto) AS hasilnya bagus," katanya. Selain itu, rupiah berpotensi melemah karena menghadapi libur panjang. Terlebih secara teknikal, penguatannya sudah cukup besar dalam tiga hari terakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News