Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Menggemuknya cadangan devisa Indonesia bukan cuma menjadi kabar gembira bagi ekonomi Indonesia. Hal ini juga menguntungkan sejumlah emiten.
Kenaikan cadangan devisa ini bisa membuat nilai tukar rupiah jadi lebih stabil. "Ketersediaan devisa yang mencapai rekor ini membuat risiko tekanan pada kurs mengempis," kata Chief Economist Mandiri Sekuritas Leo Putera Rinaldy, dalam riset 9 Juni lalu.
Hal ini juga akan berdampak positif pada kinerja sejumlah emiten, terutama emiten yang kinerja keuangannya terpapar risiko kurs. Emiten bakal lebih mudah menyusun strategi bisnis karena fluktuasi kurs berkurang.
Salah satu sektor bisnis yang bakal mendapat sentimen positif kenaikan cadangan devisa ini adalah sektor farmasi. Maklum, sebagian besar bahan baku farmasi masih diimpor. "Secara umum, emiten bisa lebih mudah menyusun rencana kinerja keuangan karena fluktuasi (kurs) berkurang," jelas David Sutyanto, analis First Asia Capital, Senin (12/6).
Ketika nilai tukar mata uang Garuda stabil, otomatis ongkos pembelian bahan baku dari luar negeri lebih mudah diprediksi. Selain itu, penguatan rupiah akan membuat keuntungan perusahaan farmasi bisa menggemuk.
Diversifikasi bisnis
Tengok saja kinerja keuangan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Ketika nilai tukar rupiah menguat sebesar 1%, maka perusahaan ini bisa memperoleh keuntungan sekitar Rp 8,27 miliar. Tapi jika yang terjadi sebaliknya, keuntungan KLBF bakal terkikis.
Selain diuntungkan stabilnya nilai tukar rupiah, Analis NH Korindo Joni Wintarja mengatakan, kinerja KLBF juga ditopang oleh diversifikasi bisnis yang baik. KLBF juga masuk ke bisnis obat khusus.
KLBF saat ini telah menyelesaikan fasilitas pabrik baru untuk memproduksi obat yang dibutuhkan oleh pasien berpenyakit khusus. "Segmen ini mampu memeberikan margin yang lebih tebal karena memiliki target pasar menengah ke atas," tambah Joni.
Joni memprediksi KLBF berpotensi mencatat pendapatan sebesar Rp 20,79 triliun tahun ini. Sementara laba bersih emiten farmasi ini bisa mencapai Rp 2,47 triliun.
Oleh karena itu, Joni merekomendasikan beli untuk saham KLBF. Ia mematok target harga saham ini Rp 1.860 per saham. Target harga itu mencerminkan price earning ratio (PER) 35,3 kali. Kemarin, harga saham KLBF ditutup di Rp 1.535 per saham
David juga menilai KLBF paling menarik dikoleksi dibanding saham farmasi lain. "KAEF (PT Kimia Farma Tbk) masih cenderung lebih konservatif ketimbang KLBF," ujar David.
Sekadar info, BI mencatat cadangan devisa Indonesia di Mei 2017 mencapai US$ 124,95 miliar, naik US$ 1,7 miliar dibanding posisi akhir bulan sebelumnya. Ini sekaligus menjadi rekor cadangan devisa tertinggi, melampaui posisi di akhir Agustus 2011 yang sebesar US$ 124,6 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News