kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.310   25,00   0,15%
  • IDX 6.803   14,96   0,22%
  • KOMPAS100 1.005   -3,16   -0,31%
  • LQ45 777   -4,08   -0,52%
  • ISSI 212   1,22   0,58%
  • IDX30 402   -2,62   -0,65%
  • IDXHIDIV20 484   -3,58   -0,73%
  • IDX80 114   -0,52   -0,46%
  • IDXV30 119   -0,94   -0,79%
  • IDXQ30 132   -0,40   -0,30%

Rupiah Spot Melemah 0,28% ke Rp 16.296 Per Dolar AS Pada Jumat (26/7) Siang


Jumat, 26 Juli 2024 / 11:50 WIB
Rupiah Spot Melemah 0,28% ke Rp 16.296 Per Dolar AS Pada Jumat (26/7) Siang
ILUSTRASI. Rupiah spot terus melemah pada perdagangan Jumat (26/7) siang. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/23/06/2024


Reporter: Herlina KD | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah spot terus melemah pada perdagangan Jumat (26/7) siang. Pukul 11.41 WIB, rupiah spot ada di level Rp 16.296 per dolar Amerika Serikat (AS), melemah 0,28% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.250 per dolar AS.

Di Asia, rupiah masih menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam terhadap dolar AS siang ini, yakni dengan pelemahan 0,28%, disusul won Korea yang melemah 0,23%, ringgit Malaysia melemah 0,03%, rupee India melemah 0,01% dan dolar Hong Kong yang melemah 0,004% terhadap dolar AS.

Sedangkan mata uang Asia lainnya menguat terhadap dolar AS siang ini. Baht Thailand menguat 0,25%, pesso Filipina naik 0,24%, yen Jepang naik 0,21%, dolar Taiwan naik 0,11%, dolar Singapura naik 0,05% dan yuan China naik 0,001% terhadap dolar AS.

Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Melemah 0,21% ke Rp 16.284 Per Dolar AS Pada Jumat (26/7) Pagi

Sementara itu, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia ada di 104,27, turun dari sehari sebelumnya yang ada di 104,35.

Pelemahan rupiah membuat Bank Indonesia (BI) turun tangan. Mengutip Reuters, Jumat (26/7), Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valas hari ini. 

Kepala Departemen Moneter Bank Indonesia Edi Susianto mengatakan kepada Reuters bahwa depresiasi rupiah tersebut disebabkan oleh data pertumbuhan ekonomi AS yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar, dan permintaan mata uang asing dari Pertamina dan perusahaan lain untuk tujuan repatriasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×