Reporter: Dina Farisah | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Kinerja rupiah atas dollar Amerika Serikat (AS) kembali terpukul dalam sepekan terakhir. Di pasar spot, Kamis (30/1), rupiah mencatatkan pelemahan 0,26% atas dollar AS.
Sementara dilihat dari kurs tengah Bank Indonesia (BI), rupiah tertekan 0,24%. Reny Eka Putri, analis pasar uang Bank Mandiri bilang, pelemahan rupiah disebabkan sentimen eksternal.
Pekan ini, beberapa negara berkembang seperti Argentina dan Brazil sedang menghadapi krisis. Kondisi ini berakibat pada melemahnya mata uang di kedua negara tersebut.
Dampak lebih jauhnya adalah derasnya arus capital outflow dari emerging market. Hal ini turut berimbas pada negara berkembang seperti Indonesia.
“Belum lagi pertumbuhan ekonomi China yang melambat. Serangkaian faktor tersebut kian membawa sentimen negatif terhadap mata uang di Asia,” jelas Reny, Kamis (30/1).
Selain itu, hasil pertemuan Bank Sentral AS, The Federal Reserve yang memutuskan pengurangan stimulus US$ 10 miliar per bulan berhasil mendorong laju dollar AS.
The Fed tetap melakukan pemangkasan stimulus moneter meskipun target angka pengangguran 6,5% belum tercapai. Menurut Reny, pertimbangan The Fed melakukan tapering salah satunya datang dari hasil survey kepercayaan konsumen yang positif.
Berdasarkan survey, indeks kepercayaan konsumen AS naik menuju level tertinggi dalam enam tahun terakhir. Per Januari 2014, indeks kepercayaan konsumer naik menjadi 80,7.
Angka ini jauh melampaui bulan sebelumnya sebesar 77,5. Survey tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat AS masih optimistis atas perekonomian negaranya. Positifnya data ini turut mengapresiasi dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News