kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah sempat menguat ke Rp 13.900 per dolar AS, simak prospeknya ke depan


Rabu, 17 Februari 2021 / 06:45 WIB
Rupiah sempat menguat ke Rp 13.900 per dolar AS, simak prospeknya ke depan
ILUSTRASI.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah sempat menyentuh level tertingginya dalam beberapa bulan terakhir ketika menembus Rp 13.900 per dolar Amerika Serikat (AS). Kendati demikian, para analis menilai secara fundamental dan valuasi, rupiah idealnya berada di Rp 14.000 per dolar AS-Rp 14.100 per dolar AS.

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Puteri mengungkapkan, penguatan tajam rupiah yang menembus Rp 14.000 per dolar AS tidak terlepas dari berbagai sentimen yang memang menguntungkan rupiah. Mulai dari sentimen eksternal soal stimulus AS yang semakin menemui titik terang dan disambut optimisme pelaku pasar.

Sementara dari dalam negeri, data ekonomi Indonesia juga tercatat positif. Mulai dari surplus neraca perdagangan yang masih berlanjut, inflasi terjaga, hingga cadangan devisa yang masih tinggi. Apalagi, ada inflow atau aliran masuk dana asing di pasar saham maupun obligasi, walaupun belum sederas kondisi normal.

“Jadi optimisme pasar akhirnya mendorong laju bullish rupiah beberapa hari terakhir. Namun, kami melihat, secara fundamental dan valuasi, rupiah idealnya ada di kisaran Rp 14.000 per dolar AS-Rp 14.100 per dolar AS. Sehingga potensi koreksi masih terbuka,” kata Reny kepada Kontan.co.id, Selasa (16/2).

Baca Juga: Ada potensi profit taking, rupiah berpotensi kembali melemah

Reny melihat, posisi investor asing masih akan cenderung wait and see terlebih dahulu. Untuk pasar obligasi misalnya, dia menilai dengan kondisi global yang masih dalam proses pemulihan, investor asing akan cenderung mendiversifikasi dananya ke berbagai negara emerging markets

Apalagi, karena masih pada awal tahun, pemerintah juga belum gencar dalam menerbitkan SBN. Oleh karena itu, Reny meyakini investor masih akan wait and see, dan baru mulai masuk lagi ketika pemerintah mulai gencar menerbitkan SBN. Indonesia menawarkan yield yang menarik di antara negara emerging markets lainnya.

Baca Juga: Meski melemah, kurs rupiah masih bertahan di bawah Rp 14.000

Sementara Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf melihat rupiah merupakan salah satu mata uang di emerging markets yang volatilitasnya tidak terlalu tinggi. Hal ini menunjukkan fundamental Indonesia yang relatif baik di mata investor asing. Namun, ia melihat rupiah akan tetap dijaga pada kisaran saat ini.

“Masuknya dana investor asing ke pasar SBN tentu bisa mendorong rupiah. Namun, Bank Indonesia (BI) sebagai regulator, punya kepentingan untuk menjaga rupiah tetap stabil. Kalau (rupiah) terlalu kuat tentu juga tidak akan bagus untuk ekspor Indonesia, kalau terlalu lemah juga tidak baik,” tambah Dimas.

Sementara Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha meyakini, agar rupiah bisa lebih stabil, tak hanya diperlukan aliran dana investor asing yang masuk ke pasar obligasi. Perlu dana asing yang masuk lewat foreign direct investments (FDI). Menurut dia, dengan adanya omnibus law dan SWF, rupiah berada di jalur yang tepat untuk bisa terus stabil ke depan.

Lebih lanjut, analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf menilai secara keseluruhan, rupiah sebenarnya masih berada di atas angin terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring meningkatnya sentimen risk-on di pasar. 

Baca Juga: IHSG menguat 0,35% ke 6.292 pada akhir perdagangan Selasa (16/2)

Hanya saja, dia melihat rupiah sudah menguat tajam dalam beberapa waktu terakhir. Sehingga akan ada aksi profit taking yang membuat rupiah terkoreksi dan kembali ke kisaran Rp 14.000. Menurut Alwi, level tersebut merupakan yang paling ideal untuk rupiah saat ini.

“Dengan prospek stimulus AS ke depan, pamor safe haven dolar AS pun meredup dan menekan indeks dolar AS. Dengan likuiditas yang melimpah, rupiah masih tetap jadi instrumen yang menarik untuk dikoleksi,” pungkas Alwi. Dia memperkirakan rupiah pada tahun ini akan berada pada kisaran Rp 13.700 per dolar AS-Rp 14.500 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah melemah 0,14% ke Rp 13.930 per dolar AS pada akhir perdagangan Selasa (16/2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×