Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan pada pada perdagangan besok, Rabu (17/2). Kondisi rupiah yang sudah terlalu menguat tajam dinilai akan memicu pelaku pasar melakukan aksi profit taking.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengungkapkan, jika melihat sentimen keseluruhan, rupiah sebenarnya masih berada di atas angin terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring meningkatnya sentimen risk-on di pasar. Apalagi, data dalam negeri terakhir juga cukup solid.
Dari eksternal, isu stimulus masih mendominasi pasar. Prospek stimulus untuk lolos yang semakin besar. Pada akhirnya, hal tersebut tidak hanya meredupkan pamor safe haven dolar AS, namun juga akan membuat pasokan dolar AS di pasar melimpah, yang secara teori bisa menekan mata uang.
“Namun, penguatan rupiah yang sudah tajam dalam beberapa waktu terakhir akan memicu aksi profit taking. Hal ini karena investor mengantisipasi menjelang RDG BI Kamis (18/2). Ada spekulasi bahwa pada RDG nanti, BI akan memangkas suku bunga karena pemulihan ekonomi Indonesia masih di bawah ekspektasi,” terang Alwi kepada Kontan.co.id, Selasa (16/2).
Baca Juga: Meski melemah, kurs rupiah masih bertahan di bawah Rp 14.000
Dengan pasar yang mengantisipasi RDG BI, Alwi melihat rupiah punya peluang bergerak flat, dengan kecenderungan melemah. Hitungan dia, rupiah kemungkinan akan berada di kisaran Rp 13.860 per dolar AS-Rp 14.000 per dolar AS pada perdagangan besok.
Adapun, rupiah pada perdagangan hari ini, Selasa (16/2) mencatatkan pelemahan di pasar spot. Rupiah ditutup terkoreksi 0,14% ke level Rp 13.930 per dolar AS. Namun, kinerja rupiah di kurs tengah Bank Indonesia (BI) justru menunjukkan hal sebaliknya. Mata uang Garuda ini ditutup menguat 0,51% dan naik ke level Rp 13.875 per dolar AS.
Baca Juga: IHSG menguat empat hari berturut-turut hingga Selasa (16/2)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News