Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah terhadap dollar AS masih rentan tertekan terhadap dollar Amerika Serikat pada pekan depan. Hal ini seiring masih kuatnya sentimen eksternal yang berpengaruh terhadap laju mata uang garuda.
Analis Monex Investindo Futures, Faisyal menilai, rencana AS yang akan memberikan tarif 25% terhadap US$ 16 miliar produk asal China pada 23 Agustus nanti menimbulkan kekhawatiran bagi para pelaku pasar. Terlebih lagi, rencana tersebut membuat dollar AS kembali bergerak menguat jelang akhir pekan ini. “Perang dagang cenderung lebih menguntungkan dollar AS ketimbang aset safe haven lainnya,” terangnya.
Selain itu, tanggal 14—15 Agustus nanti akan berlangsung Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI). Jika dalam RDG kali ini BI kembali menahan suku bunga acuan dan tidak mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan AS bulan depan, ada kemungkinan rupiah bisa tertekan.
Belum cukup, hasil data defisit transaksi berjalan Indonesia kuartal II yang meningkat US$ 8 miliar atau 3% dari PDB dapat menjadi katalis negatif bagi pergerakan rupiah di pekan depan.
Faisyal memprediksi, rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 14.450—Rp 14.600 per dollar AS sepanjang pekan depan. “Range-nya cukup lebar karena dampak kelanjutan perang dagang masih sulit diprediksi,” kata dia.
Sebagai informasi, kurs rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,43% ke level Rp 14.478 per dollar AS pada perdagangan Jumat (10/8). Namun, dalam sepekan terakhir, rupiah spot mampu terapreasiasi 0,13% terhadap dollar AS.
Sementara itu, kurs tengah rupiah di Bank Indonesia juga mampu menguat 0,45% terhadap dollar AS dalam satu minggu terakhir. Tapi, khusus di hari ini rupiah BI juga melemah 0,10% ke level Rp 14.437 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News