Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Rupiah kembali merunduk setelah USD mendapatkan kekuatannya kembali. Minimnya daya tahan rupiah disebabkan oleh tidak adanya sentimen domestik yang mampu mendorong pergerakan.
Di pasar spot, Rabu (20/5) nilai tukar rupiah terhadap USD melemah 0,58% ke level Rp 13.175 dibanding hari sebelumnya. Namun di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat 0,10% dibanding USD di level Rp 13.169.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang Bank Mandiri Tbk mengatakan, setelah keputusan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga di level 7,5% pada Selasa (19/5) lalu, rupiah tidak lagi memiliki sentimen positif. Sehingga pergerakan rupiah pada Rabu (20/5) sepenuhnya mengikuti pergerakan eksternal. “USD kembali perkasa setelah data pembangunan rumah April 2015 melonjak, ini menyeret rupiah,” kata Reny.
Pada Selasa (19/5) dirilis data building permits AS April 2015 yang naik menjadi 1,14 juta dari sebelumnya yang hanya 1,04 juta. “Kenaikan sebesar 20,2% ini merupakan yang tertinggi sejak tahun 2007 lalu dan membuat pergerakan USD melambung tinggi,” jelas Reny.
Sementara itu di Eropa, European Central Bank (ECB) memutuskan untuk menggenjot kembali quantitative easing dengan penambahan porsi pembelian obligasi. Hal ini membuat euro terpuruk dan memberikan kesempatan bagi USD semakin unggul di pasar.
“Sentimen eksternal positif bagi USD dan artinya negatif bagi rupiah,” ujar Reny.
Diduga ini akan berlanjut pada Kamis (21/5) apalagi jika hasil pertemuan FOMC dini hari nanti menegaskan pertumbuhan ekonomi AS yang masih ekspansif. Jika itu terjadi, peluang untuk menaikkan suku bunga kembali terbuka dan ini akan semakin membuat USD unggul. “Pada Kamis (21/5) rupiah melemah terbatas di kisaran Rp 13.100 – Rp 13.195 dihadapan USD,” prediksi Reny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News