Reporter: Namira Daufina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Pergerakan rupiah diprediksi akan dipengaruhi rilis data inflasi Indonesia yang akan diumumkan Selasa (3/12). Selain itu perlu diwaspadai tenaga Dollar AS pasca libur akhir tahun.
Mengutip Bloomberg, Jumat (30/12) valuasi rupiah tergelincir tipis 0,01% di level Rp 13.473 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah berhasil terangkat 0,27% ke level Rp 13.436 per dollar AS.
Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menjelaskan, faktor utama yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah pasca libur adalah data inflasi. Diproyeksi inflasi Indonesia Desember 2016 secara bulanan (mom) di level 5,4% sementara secara tahunan (yoy) bertengger di 3,1%. "Apabila dirilis di atas level itu, maka rupiah akan terpapar sentimen negatif dan terpojok," ujar Putu.
Apalagi posisi indeks USD masih kuat. Meski perdagangan di AS masih tutup, namun optimisme pasar memasuki awal tahun dan menanti pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS akan menjadi amunisi bagi dollar AS untuk melanjutkan dominasinya. Belum lagi peluang kenaikan suku bungaThe Fed sebanyak tiga kali sepanjang tahun 2017.
Sampai pukul 20.45 WIB, posisi indeks USD melambung 0,57% di level 102,79 dibanding hari sebelumnya. Tidak hanya itu, USD juga masih akan didukung oleh rilis data ISM manufaktur AS Desember 2016 yang diprediksi tumbuh dari 53,2 ke 53,7. "Hal ini bisa menambah keunggulan USD dan faktor dari AS masih jadi katalis dominan yang mempengaruhi rupiah," ujar Putu.
Maka dari itu Putu memperkirakan rupiah akan cenderung melemah hari ini, walau rentangnya masih akan sempit. Namun jika data inflasi Indonesia tumbuh jauh lebih baik dari dugaan, kans rupiah menguat tipis tetap terbuka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News