kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Menguat Pekan Ini Setelah The Fed Menahan Suku Bunga


Jumat, 03 November 2023 / 18:31 WIB
Rupiah Menguat Pekan Ini Setelah The Fed Menahan Suku Bunga
ILUSTRASI. Rupiah lebih kuat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) selama perdagangan pekan ini.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah lebih kuat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) selama perdagangan pekan ini. Mata uang garuda berbalik menguat, setelah hampir menembus pelemahan ke level harga Rp 16.000 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah spot ditutup pada harga Rp 15.727 per dolar AS yang menguat 0,81% dari perdagangan kemarin dan naik sekitar 1,33% secara mingguan dari posisi akhir pekan lalu Rp 15.939 per dolar AS. Rupiah Jisdor juga ditutup menguat 0,57% secara harian dan sekitar 1,06% secara mingguan ke level harga Rp 15.771 per dolar AS pada akhir perdagangan Jumat (3/11).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, penguatan rupiah di akhir perdagangan pekan ini sebagai dampak berlanjutnya sentimen risk on sejak keputusan FOMC lalu. The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dan menjeda kenaikan suku bunga acuan di pertemuan awal November.

Baca Juga: Melaju, Rupiah Jisdor Menguat ke Rp 15.771 Per Dolar AS Pada Jumat (3/11)

Penguatan rupiah juga diakibatkan oleh kenaikan initial jobless claims AS yang semakin menguatkan kemungkinan bahwa Fed tidak menaikkan suku bunganya lagi di bulan Desember ataupun Januari tahun depan. Sentimen risk-on ini bahkan masih mampu mendominasi sentimen di pasar Asia, meskipun data sektor jasa Tiongkok tercatat meningkat lebih terbatas dibandingkan perkiraan.

“Pergerakan rupiah pada pekan ini didominasi oleh sentimen risk-on dari pertemuan FOMC,” ucap Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (3/11).

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menyoroti dolar diperdagangkan lebih lemah yang terbebani oleh meningkatnya ekspektasi bahwa The Fed telah selesai melakukan siklus pengetatan. Dolar juga mengikuti penurunan imbal hasil Treasury yang terlihat dari imbal hasil acuan AS bertenor 10 tahun mencapai level terendah tiga minggu sekitar 4,6% pada Kamis (2/11).

“Para pedagang terus bertaruh bahwa kampanye pengetatan The Fed akan segera berakhir sambil menunggu laporan payrolls penting hari ini,” imbuh Sutopo, Jumat (3/11).

Baca Juga: Sri Mulyani Bandingkan Pelemahan Rupiah dengan Mata Uang Lain, Mana Lebih Buruk?

Sutopo bilang, data baru yang dirilis selama pekan ini memperkuat pandangan bahwa pasar tenaga kerja AS perlahan-lahan mereda. Hal itu tercemin dari klaim pekerjaan yang melebihi perkiraan untuk minggu kedua, biaya tenaga kerja secara tak terduga turun 0,8% di kuartal ketiga, serta laporan ADP Employment Change yang mengecewakan. Sebaliknya, rilis data lowongan pekerjaan atau JOLTS melampaui perkiraan.

Menurut Sutopo, langkah Bank sentral AS mempertahankan suku bunga kebijakannya tetap stabil pada hari Rabu (1/11) masih membuka kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut di tengah tingginya inflasi dan ketahanan ekonomi. Namun, pasar masih bertaruh bahwa bank sentral tidak akan menaikkan suku bunga karena dampak kenaikan sebelumnya terhadap perekonomian belum terwujud.

“Beberapa alasan tersebut telah membawa Dolar lebih rendah terhadap sebagian mata uang, sehingga membuat IDR sedikit menarik napas,” ujar Sutopo.

Baca Juga: Sumringah, Rupiah Spot Ditutup Menguat ke Rp 15.728 Per Dolar AS Pada Hari Ini (3/11)

Pada perdagangan pekan depan, Sutopo melihat fokus pasar akan kembali kepada tensi geopolitik seiring minimnya rilis data-data ekonomi. Dari domestik, pelaku pasar akan memperhatikan laporan Produk Domestik Bruto (PDB) di hari Senin (5/11).

Josua mencermati adanya potensi rupiah bergerak akan cenderung dinamis terutama pada perdagangan awal pekan depan. Hal itu seiring adanya rilis data ketenagakerjaan AS yang dirilis malam nanti seperti data non farm payroll (NFP) dan tingkat pengangguran.

Pada hari Senin pula, data PDB Indonesia untuk kuartal ketiga akan dirilis. Bank Permata memperkirakan PDB Indonesia masih akan tumbuh di kisaran 5,05% YoY periode kuartal ketiga 2023.

Josua memperkirakan rupiah berpotensi melanjutkan penguatan pada perdagangan pekan depan di kisaran Rp 15.650 per dolar AS–Rp 15.775  per dolar AS, apabila data NFP AS bakal mengalami penurunan sesuai ekspektasi. Sutopo memprediksi rupiah akan berada pada kisaran antara Rp 15.675 per dolar AS–Rp 15.750 per dolar AS di pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×