Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Nilai tukar rupiah berhasil memanfaatkan koreksi USD. Tapi, penguatan rupiah diprediksi tak bertahan lama.
Di pasar spot, Kamis (2/6) valuasi rupiah terhadap USD terangkat 0,13% menjadi 13.643 dibandingkan hari sebelumnya. Sementara di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah terkikis 0,18% ke 13.695.
Yulia Safrina, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan, pelemahan USD terjadi karena pelaku pasar memilih berburu yen yang tengah kuat. Selain memang valuasi USD yang sudah terlampau tinggi, sehingga investor profit taking.
Daya tarik yen meningkat setelah Bank of Japan mempertahankan suku bunga dan tidak melakukan pelonggaran stimulus lanjutan.
Rully Arya Wisnubroto, analis pasar uang PT Bank Mandiri Tbk, mengatakan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi di Mei 2016 sebesar 0,24%, menyebabkan rupiah menguat. Secara total, inflasi dalam lima bulan terakhir sekitar 0,4%.
“Internal cukup membantu rupiah,” kata Rully. Apalagi spekulan mulai menjual USD akibat posisi rupiah yang kian dekat level 13.700. Tentu, bakal ada intervensi bank sentral.
Hari ini Yulia bilang, pasar akan mengantisipasi data ketenagakerjaan AS. Itu bisa merontokkan kepercayaan pasar terhadap rupiah.
“Bisa terjadi risk aversion dari aset berisiko seperti rupiah,” ujar Yulia. Ia memprediksi, rupiah Jumat (3/6) di rentang 13.580–13.700. Rully memperkirakan antara 13.650–13.715.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News