Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju penguatan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) mulai terhenti. Rupiah sepekan ini berbalik melemah.
Mengutip Bloomberg di pasar spot, Jumat (8/6) rupiah tercatat melemah 0,41% menjadi Rp 13.932 per dollar Amerika Serikat (AS). Sementara, selama sepekan rupiah tercatat melemah 0,26%.
Sedangkan, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada website Bank Indonesia (BI) hari ini mencatat rupiah melemah 0,25% ke Rp 13.902 per dollar AS.
Analis Global Kapital Investama, Nizar Hilmy mengamati pergerakan rupiah sepekan ini cenderung flat atau stabil. Hal ini berbeda pada pergerakan rupiah sepekan lalu yang menguat. Nizar mencatat sepekan lalu rupiah menguat 1,6% sementara sepekan ini rupiah flat dan bergerak cenderung menurun.
"Pelemahan terjadi karena kemarin sudah naik tajam, jadi ada penyesuaian sedikit saat pasar menunggu sentimen event baru seperti rapat The Fed," kata Nizar, Jumat (8/6).
Rupiah yang bergerak stabil di minggu ini Nizar nilai karena peran BI yang menaikkan suku bunga sebanyak dua kali di bulan Mei 2018. Nizar menilai pelemahan di akhir pekan ini masih terjaga dan tidak jatuh terlalu dalam.
"Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan kalau diperlukan dia juga siap naikkan suku bunga kembali ini jadi sentimen positif bagi rupiah," kata Nizar.
Menurut Nizar, jika dalam rapat 12-13 Juni mendatang The Fed menyatakan akan menaikkan suku bunga lebih dari tiga kali di tahun ini, maka hal tersebut bisa membuat rupiah tertekan.
Namun, bila The Fed menyatakan kenaikan suku bunga tetap tiga kali maka hal tersebut jadi sentimen negatif bagi dollar AS. "Siap-siap saja dollar AS koreksi terhadap major currency dan ini peluang bagi rupiah untuk melanjutkan penguatan," kata Nizar.
Jelang rapat The Fed, Nizar memproyeksikan pergerakan rupiah masih konsolidasi. Sepekan depan Nizar memproyeksikan rupiah bergerak di rentang Rp 13.800 per dollar AS hingga Rp 13.950 per dollar AS.
Mengenai cadangan devisa Indonesia yang turun menjadi US$122,9 miliar di Mei 2018, Nizar proyeksikan data tersebut bisa melemahkan rupiah, namun tidak terlalu dalam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News