Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Pelemahan rupiah akan berdampak bagi emiten yang melakukan impor atau memiliki sumber bahan baku impor. Seperti yang dialami emiten PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA), yang ikut terpengaruh penurunan nilai tukar rupiah.
Sebab, emiten ini memakai bahan baku impor, yakni tepung gandum untuk diolah jadi beraneka produk. Walaupun terpengaruh dari pelemahan rupiah, akan tetapi AISA tak merasakannya secara langsung.
Sebab, AISA tidak membeli langsung atau mengimpor langsung tepung terigu tersebut. Dalam proses pengadaan tepung itu, AISA memiliki kontrak dengan perusahaan tepung terigu dalam negeri, yakni Sriboga Flour Mill, anak usaha dari PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
Walaupun tak berdampak langsung, namun pelemahan rupiah membuat bottom line perusahaan tertekan. Perlu diingat, rupiah sudah melemah secara perlahan sejak tahun lalu. Dampak pelemahan rupiah itu bisa dilihat dari net profit marjin (NPM) AISA semester I 2013 yang hanya 8%.
NPM ini lebih kecil jika dibandingkan NPM AISA semester I 2012 yang sebesar 9%. Penurunan ini disebabkan oleh naiknya beban pokok penjualan yang naik 35% menjadi Rp1,38 triliun dari sebelumnya Rp1,02 triliun.
Jika melihat volatilitas rupiah yang meninggi belakangan ini, bukan tak mungkin beban pokok penjualan AISA bisa kembali membengkak. "Range kenaikannya berbeda tergantung produk, sekitar 5% hingga 15%," imbuh Stefanus Joko Mogoginta, Direktur Utama AISA, (30/8).
Untuk menyiasati pelemahan rupiah itu, manajemen membuka opsi menaikkan harga jual produknya. Namun, kenaikan harga belum tentu dieksekusi dalam waktu dekat. Soalnya, bahan baku material AISA dibeli dari Sri Boga sebelum volatilitas rupiah terjadi.
Sayang, manajemen belum bisa mengungkapkan detail kenaikan harganya. "Tapi yang jelas, strategi untuk menghadapi kondisi itu pasti menaikkan," pungkas Stefanus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News