Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali pekan, rupiah kembali tertunduk lesu di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Selain sentimen eksternal yang masih mendominasi, sentimen rilis data neraca perdagangan Mei juga gagal mendorong mata uang Garuda bangkit.
Kemarin, kurs rupiah di pasar spot melemah 0,52% ke Rp 14.159 per dollar AS. Begitu juga dengan valuasi rupiah di kurs tengah Bank Indonesia, yang terkoreksi 0,02% ke posisi Rp 14.105 per dollar AS.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri menjelaskan, ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga acuan The Federal Reserve yang agresif masih membebani rupiah. "Pekan ini pasar juga akan fokus pada sejumlah rilis data ekonomi AS yang baru," kata dia, Senin (25/6).
Tambah lagi, dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca dagang masih defisit sebesar US$ 1,52 miliar. "Meski ekspor naik, impor di bulan Mei juga masih terus naik. Ini menjadi sentimen negatif untuk rupiah," ujar Lukman Leong, Analis Valbury Asia Futures.
Menurut data BPS, nilai ekspor bulan lalu naik 12,47% mencapai US$ 16,12 miliar. Namun, impor juga naik lebih tinggi, menjadi US$ 17,64 miliar, atau naik 28,12% yoy.
Lukman menambahkan, pelemahan rupiah yang terjadi sejak perdagangan pasca lebaran dibuka juga disebabkan oleh posisi dollar AS yang masih kuat. Meski sentimen eksternal seperti perang dagang bergulir, posisi dollar AS diuntungkan lantaran menjadi aset safe haven bagi investor.
"Dengan posisi dollar AS ini, potensi rupiah lanjut melemah masih terbuka," prediksi Lukman. Ia menganalisa, rupiah hari ini akan bergerak dalam rentang Rp 14.130–Rp 14.210 per dollar AS.
Sedangkan Reny memprediksi rupiah akan melanjutkan pelemahan karena trading terbatas jelang libur Pilkada, Rabu (27/6). Hari ini rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.050–Rp 14.185 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News