Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sempat melemah beberapa hari, nilai tukar rupiah kembali menguat pada Selasa (12/3). Mengutip Bloomberg, pada penutupan perdagangan Selasa (14/3) mata uang rupiah menguat ke level Rp 14.267 per dollar Amerika Serikat (AS). Angka ini naik 0,17% dari level sebelumnya Rp 14.291 per dollar AS. Sementara dalam kurs tengah Bank Indonesia, mata uang rupiah menguat 0,55% ke level Rp 14.251 per dollar AS.
Direktur Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, rupiah menguat karena faktor eksternal dan internal. Dari segi eksternal Ibrahim menilai ada kelegaan yang dirasakan pelaku pasar terkait dengan perekonomian AS. Dia bilang perekonomian Negeri Paman Sam tak akan mengalami hard landing pada tahun ini. Hal ini karena penjualan barang-barang ritel periode Februari 2019 yang diumumkan tumbuh sebesar 0,2% secara bulanan.
"Sebelumnya, kekhawatiran mengenai hard landing pada perekonomian AS timbul pasca penciptaan lapangan kerja sektor nonpertanian periode Februari diumumkan sebanyak 20.000 saja, sangat jauh di bawah konsensus yang sebanyak 180.000. Namun, penjualan barang ritel positif dan peluang Federal Reserve untuk kenaikan suku bunga acuan masih sangat kecil," sebut Ibrahim kepada Kontan.co.id, Selasa (12/3).
Ibrahim menyebut, aura damai dagang AS-China semakin terasa. Wakil Perdana Menteri China Liu He telah melakukan pembicaraan via telepon dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer yang membicarakan masalah kesepakatan damai guna untuk mengakhiri perang dagang.
"Kemarin, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence Larry Kudlow mengatakan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu dalam waktu dekat untuk finalisasi dan pengesahan kesepakatan dagang. Pertemuan itu kemungkinan terjadi pada akhir Maret atau April," tandasnya.
Faktor penguatan rupiah juga disokong persoalan Brexit. Ibrahim melihat Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker menyepakati klausul baru terkait backstop di perbatasan Irlandia Utara-Republik Irlandia.
Tak hanya faktor eksternal, faktor internal juga mendukung penguatan rupiah. Dari data rilis survei penjualan eceran Januari 2019, Bank Indonesia mencatat sepanjang bulan Januari, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 9,4% secara tahunan, jauh di atas capaian periode yang sama tahun lalu yakni 3,7%.
Ibrahim memperkirakan, rupiah besok berpotensi melanjutkan penguatan di level Rp 14.190 sampai Rp 14.220 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News